Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan kesepakatan perdagangan baru dengan China yang akan mengatur kembali ekspor sejumlah komoditas strategis. Kesepakatan ini, yang masih menunggu persetujuan final dari Presiden Xi Jinping, menandai babak baru dalam hubungan dagang kedua negara yang selama ini diwarnai ketegangan. Kesepakatan ini mencakup berbagai poin penting yang akan berdampak signifikan pada perekonomian global.
Kesepakatan ini menjanjikan pembukaan kembali ekspor tanah jarang dari China ke AS. Sebelumnya, pada April 2025, China memberlakukan pembatasan ekspor komoditas ini yang krusial bagi berbagai industri, termasuk otomotif dan pertahanan.
Perjanjian Pembatasan Ekspor Tanah Jarang
Salah satu poin utama dalam kesepakatan ini adalah pencabutan pembatasan ekspor tanah jarang oleh China. Tanah jarang merupakan bahan baku penting dalam berbagai teknologi modern, dan kontrol ekspornya oleh China selama ini menjadi titik sensitif dalam hubungan bilateral AS-China.
Trump mengumumkan kesepakatan ini melalui unggahan di akun Instagramnya, menyatakan bahwa kesepakatan tersebut telah selesai dan hanya menunggu persetujuan final dari Presiden Xi. Ini menunjukkan bahwa negosiasi telah mencapai tahap akhir dan kedua belah pihak optimis terhadap hasil akhirnya.
Imbalan AS untuk China: Jaminan Pendidikan Mahasiswa
Sebagai imbalan atas pembukaan kembali ekspor tanah jarang, AS akan memberikan jaminan pendidikan bagi mahasiswa China yang belajar di universitas-universitas di AS. Sebelumnya, Trump sempat mengancam untuk mencabut beberapa visa mahasiswa China, yang menjadi sumber kekhawatiran bagi pemerintah China.
Trump menekankan komitmen AS untuk memastikan kelanjutan pendidikan bagi mahasiswa China. Hal ini menunjukkan upaya AS untuk menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan diplomasi dalam hubungan dengan China.
Tarif Impor: Keseimbangan Baru dalam Perdagangan Bilateral
Kesepakatan ini juga menetapkan tarif impor baru untuk produk dari kedua negara. AS akan mengenakan tarif sebesar 55% untuk produk China, sementara China akan mengenakan tarif impor sebesar 10% untuk produk AS.
Meskipun terdapat disparitas yang signifikan dalam tarif impor, Trump menyatakan bahwa hubungan AS-China tetap baik setelah kesepakatan ini tercapai. Ia optimistis kesepakatan ini akan menguntungkan kedua negara.
Negosiasi yang Panjang dan Kompleks
Proses negosiasi perdagangan AS-China telah berlangsung panjang dan kompleks. Kedua negara telah melakukan beberapa putaran negosiasi di berbagai lokasi, termasuk Jenewa dan London. Meskipun sempat mencapai kesepakatan sebelumnya, kedua pihak saling menuduh melanggar perjanjian yang sudah disepakati.
Kesepakatan terbaru ini diharapkan dapat menjadi titik balik dalam hubungan dagang AS-China, menciptakan keseimbangan baru dan mengurangi ketegangan yang selama ini terjadi.
Kesimpulannya, kesepakatan perdagangan baru antara AS dan China ini merupakan langkah signifikan dalam meredakan ketegangan ekonomi antara kedua negara adidaya. Meskipun terdapat perbedaan signifikan dalam tarif impor, kesepakatan ini menawarkan kompromi yang memungkinkan kedua pihak untuk meraih keuntungan. Persetujuan final dari Presiden Xi Jinping akan menjadi penentu keberhasilan implementasi kesepakatan ini, dan dampaknya akan dirasakan secara global. Ke depan, pengawasan terhadap implementasi kesepakatan dan dinamika hubungan bilateral AS-China akan tetap menjadi hal yang krusial untuk dipantau.