Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati baru-baru ini bertemu dengan Menteri Keuangan Saudi Arabia, Muhammad Al Jadaan, dan Menteri Keuangan Qatar, Ali Alkuwari, di sela-sela pertemuan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) di Beijing, China. Pertemuan tersebut difokuskan pada dampak negatif perang antara Iran dan Israel terhadap perekonomian global.
Sri Mulyani, melalui unggahan di Instagram pribadinya, menyampaikan kekhawatirannya mengenai dampak kemanusiaan dan ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan oleh konflik tersebut. Ia menekankan bahwa dampak negatif perang akan terasa di seluruh dunia. “Kami membicarakan situasi perang yang sedang terjadi di Timur Tengah dan dampak pada negatif pada aspek kemanusiaan dan ketidakpastian yang diakibatkan yang akan sangat negatif pada ekonomi seluruh dunia,” tulisnya.
Dalam pertemuan tersebut, terlihat suasana perbincangan yang hangat antara Sri Mulyani dengan kedua menteri keuangan tersebut. Sri Mulyani mengungkapkan harapannya agar konflik antara Iran dan Israel dapat segera berakhir. “Kita semua berharap kondisi di Timur Tengah segera mereda dan mencapai kesepakatan perdamaian untuk kepentingan seluruh umat manusia,” ujarnya.
Dampak Perang Iran-Israel terhadap Ekonomi Global
Perang antara Iran dan Israel yang masih berlangsung menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap perekonomian global. Serangan balasan rudal antara kedua negara meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah. Keterlibatan Amerika Serikat melalui operasi Midnight Hammer semakin memperkeruh situasi. Iran membalas serangan AS dengan meluncurkan rudal ke pangkalan AS di Qatar.
Salah satu potensi dampak paling signifikan adalah penutupan Selat Hormuz oleh Iran. Selat Hormuz merupakan jalur utama distribusi minyak dunia, dan penutupan jalur ini akan berdampak langsung pada harga minyak global. Sekitar 20 juta barel minyak per hari disalurkan melalui selat tersebut.
Pakar Investasi dan Hubungan Internasional, Zenzia Sianica Ihza, memperingatkan akan lonjakan harga minyak dan gas jika Selat Hormuz ditutup. Hal ini akan berdampak negatif terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia melalui pembengkakan subsidi energi dan melemahnya neraca perdagangan. “Jika Iran menutup selat ini, dunia akan mengalami lonjakan harga minyak dan gas yang langsung menekan APBN melalui pembengkakan subsidi energi serta melemahnya neraca perdagangan,” kata Zenzia.
Perhatian Pemerintah Indonesia
Pemerintah Indonesia telah menyadari potensi dampak negatif perang Iran-Israel terhadap perekonomian dalam negeri. Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menyatakan keprihatinannya terhadap situasi di Selat Hormuz. “Di saat bersamaan perang Iran, Israel, dan Amerika itu Selat Hormuz sekarang sudah dalam kondisi yang mengerikan juga karena parlemen Iran sudah menyetujui untuk penutupan,” ujarnya.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu mempersiapkan langkah-langkah antisipatif untuk meminimalisir dampak negatif perang Iran-Israel terhadap perekonomian nasional. Langkah-langkah ini bisa meliputi diversifikasi energi, penguatan cadangan devisa, dan strategi mitigasi risiko lainnya. Penting bagi Indonesia untuk memantau perkembangan situasi di Timur Tengah dan berkoordinasi dengan negara-negara lain untuk mencari solusi damai dan stabilitas regional.
Kesimpulannya, konflik di Timur Tengah, khususnya perang antara Iran dan Israel, memiliki potensi dampak yang sangat signifikan terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia. Pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah proaktif untuk mengurangi dampak negatif tersebut dan memastikan stabilitas ekonomi nasional.