Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia tahun 2025 diproyeksikan mencapai angka fantastis: Rp 662 triliun. Angka ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia, baik dari nilai nominal maupun persentase terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 2,78 persen. Kenaikan utang negara pun diprediksi akan signifikan untuk menutupi defisit tersebut.
Menkeu Sri Mulyani menjelaskan, sejumlah program belanja pemerintah tak bisa dipangkas, bahkan cenderung meningkat. Salah satunya adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Lonjakan Anggaran Program Makan Bergizi Gratis (MBG)
Anggaran MBG pada APBN 2025 awalnya diproyeksikan sebesar Rp 71 triliun. Namun, angka tersebut kemudian melonjak menjadi Rp 116 triliun. Sri Mulyani memperkirakan, total anggaran MBG hingga akhir tahun bisa mencapai Rp 240 triliun.
Peningkatan ini didorong oleh penambahan jumlah penerima manfaat dan pembangunan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Pemerintah menargetkan 30.000 unit SPPG beroperasi hingga 2026, sementara hingga Juni 2025 baru terbangun 1.863 unit.
Sri Mulyani berharap MBG menciptakan efek berganda, baik dari sisi permintaan maupun penawaran, serta menciptakan generasi muda yang sehat.
Realisasi MBG Masih Minim
Meskipun anggarannya besar, realisasi MBG hingga Juni 2025 baru mencapai 7 persen dari total anggaran Rp 71 triliun, atau sekitar Rp 5 triliun. Program ini baru menjangkau 5,58 juta penerima manfaat.
Target penerima manfaat MBG tahun ini adalah 82,9 juta orang. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan upaya ekstra keras pada semester kedua tahun 2025.
Keterbatasan realisasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam menjalankan program MBG.
Mencari Solusi Penutupan Defisit APBN 2025
Untuk mengatasi defisit APBN 2025 yang membengkak, Sri Mulyani mengajukan penggunaan Sisa Anggaran Lebih (SAL) tahun anggaran 2024 sebesar Rp 85,6 triliun kepada DPR RI.
Penggunaan SAL ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada penerbitan surat utang baru. SAL akan dialokasikan untuk pembiayaan defisit, kewajiban pemerintah, dan belanja prioritas.
Potensi penerimaan negara yang tidak tercapai menjadi salah satu penyebab utama pelebaran defisit APBN 2025.
Sri Mulyani menekankan pentingnya menjaga keseimbangan fiskal dan mengurangi beban utang negara. Penggunaan SAL diharapkan dapat membantu mencapai tujuan tersebut.
Dengan penggunaan strategi ini, pemerintah berupaya untuk meminimalisir dampak negatif dari defisit APBN yang signifikan terhadap perekonomian nasional.
Situasi defisit APBN 2025 yang mencapai Rp 662 triliun menjadi tantangan besar bagi pemerintah. Meskipun program MBG memiliki tujuan mulia, peningkatan anggaran yang signifikan dan realisasi yang masih minim perlu dievaluasi. Penggunaan SAL menjadi langkah strategis, namun tetap membutuhkan pengawasan dan perencanaan yang cermat untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.