Stabilitas harga pangan menjadi isu krusial di Indonesia. Badan Pangan Nasional (Bapanas) gencar menjalankan berbagai program untuk menjamin ketersediaan dan harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat. Upaya ini mencakup intervensi langsung di pasar hingga kolaborasi dengan berbagai pihak.
Berbagai strategi telah dan terus diterapkan Bapanas untuk memastikan harga pangan tetap stabil dan terjangkau. Hal ini dilakukan untuk melindungi daya beli masyarakat dan mencegah gejolak ekonomi.
Gerakan Pangan Murah dan Penyaluran Beras SPHP: Intervensi Langsung di Pasar
Salah satu program andalan Bapanas adalah Gerakan Pangan Murah (GPM). Hingga pertengahan Juni 2025, GPM telah digelar sebanyak 3.817 kali di berbagai daerah.
Program lain yang tak kalah penting adalah penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Sampai pertengahan Juni 2025, telah disalurkan 181.173 ton beras, atau sekitar 60,39 persen dari target 1,5 juta ton pada tahun ini.
Ke depannya, Perum Bulog akan berkolaborasi dengan Koperasi Desa Merah Putih untuk memperlancar penyaluran SPHP. Kolaborasi ini diharapkan mampu menjangkau masyarakat di tingkat desa secara lebih efektif.
Pemantauan Harga dan Pengawasan Distribusi: Menjaga Keterjangkauan di Tingkat Konsumen
Bapanas juga aktif melakukan pemantauan dan pengawasan harga pangan di pasar tradisional dan modern. Lebih dari 1.053 petugas di daerah dilibatkan dalam upaya ini.
Monitoring dan evaluasi (Monev) secara berkala dilakukan untuk memastikan efektivitas program dan penyesuaian strategi. Tujuannya agar harga pangan tetap sesuai dengan Harga Acuan Pembelian (HAP) di tingkat konsumen.
Inovasi dan Kolaborasi: Strategi Jangka Panjang untuk Stabilitas Pangan
Untuk menjamin ketersediaan dan harga daging serta telur sesuai HAP, Bapanas mendorong kolaborasi antara peternak dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Hal ini diwujudkan melalui program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan Presiden.
Program ini memanfaatkan business matching di berbagai daerah untuk mempertemukan peternak dengan SPPG. Pemetaan data peternak dan SPPG menjadi kunci keberhasilan program ini.
Upaya menekan disparitas harga cabai juga dilakukan Bapanas. Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menginisiasi kajian penetapan standar harga antarwilayah.
Inovasi pemanfaatan senyawa chitosan juga dijajaki untuk memperpanjang umur simpan cabai dan menjaga kualitasnya. Hal ini diharapkan mampu menstabilkan pasokan dan harga cabai, khususnya di Indonesia Timur.
Penetapan standar harga antarwilayah akan dilakukan secara bertahap dan terukur. Langkah ini diharapkan mampu mengurangi disparitas harga komoditas pangan, khususnya di wilayah Indonesia Timur.
Bapanas berkomitmen untuk terus berupaya menjaga stabilitas pangan nasional. Berbagai strategi yang diterapkan menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memastikan ketersediaan dan harga pangan yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Kolaborasi dan inovasi menjadi kunci keberhasilan upaya jangka panjang dalam menjaga ketahanan pangan Indonesia.