Mantan Rektor Universitas Gadah Mada (UGM) periode 2002-2007, Sofian Effendi, menjadi sorotan setelah pernyataan kontroversialnya mengenai ijazah Presiden Joko Widodo. Pernyataan tersebut, yang disampaikan melalui kanal YouTube Langkah Update, menuai reaksi luas dan menjadi perbincangan publik. Namun, tak lama kemudian, Prof. Effendi secara mengejutkan menarik kembali semua pernyataannya dan menyampaikan permohonan maaf. Kejadian ini memicu beragam spekulasi dan analisis dari berbagai pihak.
Pernyataan kontroversial Prof. Sofian Effendi bermula dari klaimnya bahwa Jokowi tidak menyelesaikan pendidikan sarjana di UGM. Ia menyebutkan nilai akademik Jokowi rendah, hanya mencapai jenjang sarjana muda (BSc), dan IPK-nya di bawah 2. Lebih lanjut, ia bahkan menuding skripsi Jokowi diduga merupakan hasil penyalinan pidato Profesor Sunardi. Klaim yang paling mengejutkan adalah tudingan bahwa ijazah sarjana Jokowi milik almarhum Hari Mulyono, kerabat dekat keluarga Jokowi, yang kemudian “dipinjam” dan diduga dipalsukan.
Klaim Kontroversial Soal Ijazah Jokowi
Pernyataan Prof. Effendi langsung viral di media sosial dan menjadi bahan perdebatan hangat. Ia secara tegas menyatakan bahwa informasi yang disampaikan Rektor UGM, Prof. Dr. Ova Emilia, pada 11 Oktober 2022, terkait ijazah Jokowi tidak sesuai dengan temuannya. Klaim-klaim tersebut menimbulkan kontroversi besar dan mendapat sorotan tajam dari berbagai kalangan.
Pernyataan Prof. Effendi dibantah oleh pihak UGM. Universitas menegaskan bahwa data yang beredar terkait ijazah Jokowi sudah diverifikasi dan akurat. Penggunaan istilah “dipinjam” dan “dipalsukan” juga dinilai sangat serius dan berpotensi menimbulkan fitnah. Pihak UGM tidak memberikan pernyataan resmi lebih lanjut, memilih untuk berpegang pada pernyataan resmi Rektor sebelumnya.
Penarikan Pernyataan dan Permohonan Maaf
Setelah pernyataan kontroversialnya beredar luas, Prof. Sofian Effendi kemudian merilis pernyataan tertulis. Dalam pernyataan tersebut, ia secara resmi menarik kembali seluruh pernyataannya dalam video YouTube Langkah Update. Ia juga menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang merasa dirugikan atas pernyataannya tersebut. Prof. Effendi mengakui bahwa pernyataan Rektor UGM terkait ijazah Jokowi sesuai dengan bukti yang tersedia di universitas.
Pernyataan penarikan dan permintaan maaf ini ditandatangani langsung oleh Prof. Effendi dan dikeluarkan pada 17 Juli 2025. Pernyataan ini menjadi penutup bagi kontroversi yang telah memicu perdebatan publik selama beberapa hari. Namun, tetap muncul pertanyaan tentang apa yang menyebabkan perubahan sikap Prof. Effendi secara tiba-tiba.
Reaksi Publik dan Spekulasi
Muhammad Said Didu, mantan Sekretaris BUMN, mengaku telah memprediksi penarikan pernyataan Prof. Effendi. Melalui akun X-nya, Said Didu menuliskan dugaan adanya upaya pembungkaman terhadap Prof. Effendi terkait kasus ini. Ia bahkan meminta masyarakat di Yogyakarta untuk menjaga keselamatan dan memberikan dukungan kepada Prof. Effendi.
Spekulasi mengenai tekanan dan intervensi terhadap Prof. Effendi pun muncul. Banyak pihak mempertanyakan alasan di balik perubahan sikap yang begitu drastis. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan tentang kebebasan berekspresi dan dampak tekanan terhadap individu yang berani bersuara. Publik menantikan penjelasan lebih lanjut terkait isu ini. Kasus ini juga mempertanyakan pentingnya verifikasi informasi dan dampak penyebaran informasi yang belum terverifikasi. Ke depannya, diperlukan kehati-hatian dalam menyebarkan informasi, terutama yang bersifat sensitif dan berpotensi menimbulkan kontroversi. Transparansi dan akuntabilitas informasi sangat penting untuk menjaga stabilitas dan mencegah munculnya misinformasi.