Serangan terbaru Israel terhadap Federasi Sepakbola Palestina (PFA) kembali mengecam dunia internasional. Kantor PFA dihujani gas air mata, mengakibatkan beberapa karyawan mengalami sesak napas. Insiden ini menambah panjang daftar kekerasan yang dialami sepakbola Palestina di tengah konflik berkepanjangan.
Aksi brutal ini diunggah langsung oleh akun X resmi PFA, memperlihatkan tabung gas air mata yang dilemparkan ke gedung federasi. Video tersebut juga menunjukkan kerusakan pada rumput Stadion Faisal Husseini akibat serangan yang sama.
Serangan Gas Air Mata dan Kerusakan Fasilitas Olahraga
Pihak PFA dalam unggahannya di media sosial mengecam keras tindakan Israel. Mereka menyebut serangan gas air mata menyebabkan beberapa karyawan mengalami kesulitan bernapas dan iritasi mata.
Tidak hanya kantor PFA, Stadion Faisal Husseini pun tak luput dari serangan. Gas air mata menyebabkan sebagian rumput lapangan terbakar, merusak fasilitas olahraga vital bagi perkembangan sepakbola Palestina.
Dampak Berkelanjutan Konflik Terhadap Sepak Bola Palestina
PFA menyatakan serangan ini bukan yang pertama. Mereka mencatat sederet aksi serupa yang telah melumpuhkan kegiatan sepakbola Palestina.
Sejak Oktober 2023, Israel telah merusak setidaknya 10 stadion sepakbola di Gaza. Selain itu, pemain Palestina di Tepi Barat kerap mengalami perlakuan tidak manusiawi di pos pemeriksaan dan bahkan di stadion yang disulap menjadi pusat penahanan dan penyiksaan.
Liga Palestina pun terdampak serius akibat kekerasan yang terus-menerus terjadi. Serangan-serangan ini, ditambah teror dari pemukim Israel, membuat kegiatan sepak bola praktis lumpuh.
Seruan Internasional dan Permintaan Aksi Nyata
PFA mendesak FIFA untuk mengambil tindakan nyata terhadap pelanggaran Israel. Mereka meminta badan sepak bola dunia tersebut untuk memberikan sanksi tegas dan perlindungan bagi sepakbola Palestina.
Serangan Israel di Palestina yang terus berlanjut telah menimbulkan korban jiwa dan luka-luka. Laporan menyebutkan ratusan orang tewas dan ribuan lainnya terluka sejak Mei lalu, di dekat lokasi distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza.
Akses bantuan kemanusiaan ke Gaza pun sangat terbatas. Situasi ini semakin mempersulit warga Palestina untuk bertahan hidup di tengah konflik yang berkepanjangan.
Kekerasan yang terus terjadi terhadap fasilitas olahraga dan atlet Palestina menunjukkan betapa konflik politik telah menghambat perkembangan olahraga dan kesejahteraan masyarakat Palestina secara keseluruhan.
Peristiwa ini menjadi pengingat penting akan pentingnya perdamaian dan perlindungan atlet di seluruh dunia, terlepas dari kondisi politik yang sedang terjadi di negara mereka.
Dunia internasional perlu mengambil peran lebih aktif untuk memastikan perlindungan warga sipil Palestina dan menghentikan kekerasan yang terjadi. Keberadaan olahraga seharusnya menjadi perekat, bukan medan perang.