Rupiah Menguat: Pertumbuhan Ekonomi China Jadi Penopang Utama
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) mengalami penguatan pada penutupan perdagangan Senin, 16 Juni 2025. Penguatan ini mencapai 39 poin atau 0,24 persen, menutup perdagangan di angka Rp16.265 per dolar AS. Ketahanan ekonomi China menjadi salah satu faktor pendorong utama penguatan mata uang Garuda tersebut.
Pertumbuhan Penjualan Ritel China Melebihi Ekspektasi
Pertumbuhan penjualan ritel di China pada Mei 2025 mencapai 6,4 persen (year on year/yoy), melampaui perkiraan para analis. Angka ini menunjukkan daya beli konsumen China yang tetap kuat meskipun ketidakpastian ekonomi global meningkat.
Total penjualan ritel barang konsumsi mencapai 4,13 triliun yuan atau sekitar 575,3 miliar dolar AS. Kinerja ini juga menunjukkan peningkatan dari periode Januari-April 2025 yang mencapai 4,7 persen yoy.
Data positif ini memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan global, termasuk pasar valuta asing di Indonesia. Kondisi ini menunjukkan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi global, yang selanjutnya memberikan dukungan terhadap rupiah.
Produksi Industri China Tumbuh Lebih Lambat dari Perkiraan
Meskipun penjualan ritel menunjukkan kinerja yang baik, produksi industri China pada Mei 2025 tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan. Data resmi menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,8 persen yoy, sedikit di bawah proyeksi 5,9 persen.
Ibrahim Assuabi, Direktur Laba Forexindo Berjangka, menuturkan bahwa tekanan dari tarif perdagangan AS turut memengaruhi pertumbuhan produksi industri China. Meskipun demikian, sektor manufaktur tetap menunjukan kinerja positif, dengan peningkatan output bernilai tambah sebesar 6,2 persen yoy.
Subsektor manufaktur peralatan dan manufaktur berteknologi tinggi menunjukan pertumbuhan yang lebih signifikan, masing-masing mencapai 9 persen dan 8,6 persen yoy. Pertumbuhan sektor-sektor ini mengindikasikan potensi pertumbuhan ekonomi China di masa depan.
Perbedaan JISDOR dan Nilai Tukar Rupiah di Pasar
Menarik untuk dicatat adanya perbedaan antara nilai tukar rupiah di pasar dan Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia. Nilai tukar rupiah di pasar menunjukkan penguatan signifikan, sementara JISDOR justru melemah sedikit menjadi Rp16.296 per dolar AS dari Rp16.293 per dolar AS.
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk perbedaan volume transaksi dan mekanisme penetapan kurs. Perlu analisis lebih lanjut untuk memahami perbedaan ini secara komprehensif.
Perlu diingat bahwa nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik domestik maupun internasional. Penguatan rupiah kali ini didorong oleh sentimen positif dari pertumbuhan ekonomi China, tetapi faktor-faktor lain juga perlu dipertimbangkan.
Penguatan rupiah menunjukkan adanya kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. Namun, tetap penting untuk memantau perkembangan ekonomi global dan domestik agar dapat mengantisipasi fluktuasi nilai tukar di masa mendatang. Stabilitas ekonomi makro dan kebijakan pemerintah yang tepat sangat krusial dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.