Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) menguat pada Rabu pagi (25/6), mencapai Rp16.256 per dolar AS. Penguatan ini mencapai 97 poin atau 0,60 persen dibandingkan penutupan sebelumnya. Kenaikan ini menunjukkan sentimen positif terhadap mata uang Garuda.
Penguatan rupiah sejalan dengan tren penguatan mata uang Asia lainnya. Dolar Singapura menguat 0,02 persen, peso Filipina naik 0,80 persen, dan baht Thailand meningkat 0,14 persen. Won Korea Selatan juga menguat 0,01 persen, sementara ringgit Malaysia naik 0,04 persen. Hal ini menunjukkan adanya sentimen positif di pasar regional Asia.
Tidak hanya mata uang Asia, mata uang utama negara maju juga dibuka dengan penguatan. Poundsterling Inggris naik 0,01 persen, euro Eropa menguat 0,12 persen, franc Swiss naik 0,07 persen, dolar Australia meningkat 0,11 persen, dan dolar Kanada naik 0,01 persen. Tren penguatan ini menunjukkan adanya optimisme di pasar global.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa penguatan rupiah didorong oleh sentimen *risk on* akibat meredanya ketegangan geopolitik. Namun, ia juga mengingatkan bahwa pernyataan *hawkish* dari Ketua The Fed, Jerome Powell, berpotensi membatasi penguatan rupiah. Pernyataan *hawkish* tersebut mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed.
Lukman memperkirakan pergerakan rupiah hari ini akan berada di kisaran Rp16.250 hingga Rp16.350 per dolar AS. Perkiraan ini mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk perkembangan ekonomi domestik dan global, serta kebijakan moneter bank sentral.
Penguatan rupiah ini memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Impor menjadi lebih murah, sementara ekspor masih tetap kompetitif. Namun, perlu diwaspadai potensi pelemahan kembali jika sentimen global berubah negatif atau terjadi perkembangan ekonomi domestik yang tidak menguntungkan. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus memantau perkembangan ekonomi global dan melakukan kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Secara keseluruhan, penguatan rupiah pagi ini menunjukkan adanya kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. Namun, kebijakan yang tepat dan antisipatif tetap diperlukan untuk menjaga stabilitas dan mencegah fluktuasi yang tajam di masa mendatang. Perlu juga dipertimbangkan faktor-faktor lain seperti inflasi domestik, dan perkembangan suku bunga global yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah.
“Rupiah menguat terhadap dolar AS di tengah sentimen *risk on* oleh meredanya situasi geopolitik. Namun pernyataan *hawkish* dari Ketua The Fed Jerome Powell semalam berpotensi membatasi penguatan,” kata Lukman Leong kepada CNNIndonesia.com.
Perlu diperhatikan bahwa analisis ini didasarkan pada informasi yang tersedia pada saat penulisan dan dapat berubah sewaktu-waktu. Informasi lebih lanjut dan perkembangan terkini dapat dilihat melalui sumber berita ekonomi terpercaya.