Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah berambisi membangun sentra garam di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT). Proyek ambisius ini menargetkan penyelesaian zona pertama pada tahun 2025.
Pembangunan ini membutuhkan investasi yang cukup besar, mencapai Rp 750 miliar. Dana tersebut dialokasikan untuk membangun infrastruktur dan mengembangkan kawasan seluas 10.000 hektar.
Proyek Sentra Garam Rote Ndao: Investasi Rp 750 Miliar untuk Ketahanan Industri Garam
KKP telah menetapkan lahan seluas 10.000 hektar di Rote Ndao sebagai kawasan industri sentra garam. Kawasan ini akan dibagi menjadi 10 zona.
Pemerintah, melalui KKP, akan fokus mengembangkan zona 1 terlebih dahulu, yang ditargetkan selesai pada tahun 2025. PT Garam ditunjuk sebagai operator pengelola zona tersebut.
Direktur Jenderal Pengelola Kelautan KKP, A. Koswara, menjelaskan rencana pembangunan ini dalam konferensi pers di Jakarta Pusat pada Rabu (11/6/2025).
Infrastruktur Pendukung dan Akses Bahan Baku
Anggaran Rp 750 miliar tidak hanya ditujukan untuk pembangunan zona 1. Dana ini juga akan digunakan untuk membangun infrastruktur dasar di seluruh 10 zona.
Infrastruktur tersebut mencakup pembangunan dermaga, jalan, jaringan listrik, dan utilitas lainnya untuk menunjang operasional sentra garam.
Pemerintah juga berkomitmen untuk membuka akses agar zona-zona tersebut dapat dengan mudah mendapatkan sumber bahan baku garam.
Tahapan Pembangunan dan Target Penyelesaian
Saat ini, KKP masih dalam tahap penyusunan desain kawasan zona 1. Groundbreaking konstruksi direncanakan pada awal Juli 2025.
KKP menargetkan penyelesaian konstruksi zona 1 pada akhir tahun 2025. Namun, hal ini masih berupa prediksi dan bergantung pada kelancaran proses pembangunan.
Anggaran Rp 750 miliar yang disebutkan merupakan prediksi sementara. Angka pasti akan diketahui setelah desain kawasan zona 1 rampung.
Proyek sentra garam di Rote Ndao ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan produksi garam nasional dan memenuhi kebutuhan garam industri. Dengan investasi besar dan dukungan infrastruktur yang memadai, diharapkan proyek ini dapat berjalan lancar dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian daerah dan nasional.
Suksesnya proyek ini akan bergantung pada berbagai faktor, termasuk koordinasi antar lembaga, ketersediaan sumber daya manusia yang terampil, dan dukungan dari masyarakat setempat. Pemantauan dan evaluasi berkala juga sangat penting untuk memastikan proyek tetap sesuai dengan rencana dan target yang telah ditetapkan.
Keberhasilan proyek ini akan menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam mendorong kemandirian dan ketahanan pangan nasional, khususnya di sektor industri garam.