Kota kecil Älmhult di Swedia Selatan menyimpan rahasia di balik kesuksesan salah satu merek furnitur terbesar dunia: IKEA. Museum megah yang berdiri di sana kini menjadi saksi bisu perjalanan panjang IKEA, dari usaha kecil hingga menjadi raksasa global. Museum ini tak hanya memamerkan kesuksesan, tetapi juga mengungkap pelajaran berharga dari kegagalan.
Museum IKEA di Älmhult yang dikunjungi Liputan6.com saat Democratic Design Days 2025, membawa pengunjung bernostalgia ke era 1950-an. Di sinilah Ingvar Kamprad, seorang pemuda visioner berusia 17 tahun, memulai bisnisnya yang sederhana.
Toko Pertama IKEA, Kini Menjadi Museum
Bangunan museum ini dahulunya merupakan toko pertama IKEA, yang dibuka pada tahun 1958. Sebuah pabrik karpet tua dibeli Kamprad dan disulap menjadi showroom permanen.
Awalnya, pelanggan hanya bisa melihat produk dan memesannya. Mereka harus menunggu hingga 8 minggu untuk pengiriman barang.
Keberadaan toko ini menjadi daya tarik utama, mengubah Älmhult dari desa kecil menjadi pusat aktivitas. Keberhasilan toko pertama ini menjadi batu loncatan bagi perkembangan IKEA selanjutnya.
Filosofi Desain Demokratis IKEA
Salah satu bagian paling menarik museum adalah proses perancangan produk IKEA. Museum menjelaskan bahwa proses tersebut tidak dimulai dari meja desain.
Tim IKEA langsung terjun ke lapangan, berinteraksi dengan masyarakat, mengamati, dan mendengarkan kebutuhan mereka. Hal ini menjadi dasar dari filosofi Desain Demokratis IKEA.
Lima prinsip utama menjadi pilar setiap produk IKEA: harga terjangkau, kualitas, fungsi, estetika, dan keberlanjutan. Kelima unsur ini harus seimbang; jika satu saja kurang, produk tidak akan dipasarkan.
Dari Kegagalan, Lahir Inovasi
Museum IKEA tidak hanya memajang kisah sukses. Kisah kegagalan juga dibagikan, salah satunya adalah sofa udara era 90-an.
Konsepnya menarik: ringan, fleksibel, dan mudah dikemas. Namun, instruksi penggunaan yang membingungkan menyebabkan banyak pelanggan merusak sofa tersebut.
IKEA tidak menyembunyikan kegagalan ini. Justru, mereka menjadikan peristiwa tersebut sebagai pelajaran berharga.
Seorang manajer di Älmhult menyatakan bahwa kesalahan adalah bagian dari proses kreatif. IKEA mendorong karyawan untuk berani gagal, karena dari situlah inovasi sesungguhnya lahir.
Jejak Ingvar Kamprad, Sang Pendiri
IKEA, dengan citra minimalis dan terjangkau, berawal dari seorang pemuda pemalu dari Älmhult. Ingvar Kamprad, pendiri IKEA, membangun kerajaan bisnisnya dari kreativitas, kerja keras, dan warisan keluarga.
Ia tumbuh di keluarga sederhana di pedesaan Swedia Selatan. Lingkungannya menekankan hemat, kemandirian, dan berpikir kreatif.
Sejak usia 10 tahun, Ingvar sudah berjualan berbagai barang, mulai dari korek api hingga ikan hasil pancingannya sendiri. Ia selalu mencari cara untuk meningkatkan efisiensi usahanya.
Ingvar Kamprad belajar banyak dari toko kakeknya dan dari semangat gigih neneknya, imigran Jerman. Kedua sosok perempuan kuat ini sangat berpengaruh pada mimpi bisnisnya.
Keahlian berbisnis Ingvar semakin terasah selama bersekolah di asrama. Ia menyimpan dan menjual berbagai barang di bawah tempat tidurnya.
Mengawali IKEA di Usia 17 Tahun
Pada 1943, di usia 17 tahun, Ingvar mendirikan IKEA. Nama IKEA adalah akronim dari Ingvar Kamprad Elmtaryd Agunnaryd.
Awalnya, IKEA berfokus pada penjualan barang-barang kecil melalui pesanan pos. Namun, Ingvar memiliki visi untuk memotong rantai distribusi.
Ia ingin menawarkan produk langsung ke pelanggan dengan harga serendah mungkin. Visi sederhana ini kemudian merevolusi industri furnitur dunia.
IKEA tak hanya menjual produk, tetapi juga menciptakan pengalaman berbelanja yang menyenangkan dan terjangkau. Desain datar, dan toko ritel besar yang menyediakan makanan khas Swedia, merupakan contohnya.
Kini, IKEA beroperasi di lebih dari 50 negara dan melayani jutaan pelanggan setiap tahun. Perjalanan panjang IKEA dari sebuah usaha kecil di Älmhult menjadi bukti nyata bagaimana inovasi dan keuletan dapat mengukir kesuksesan global. Museum IKEA menjadi monumen yang menginspirasi, tidak hanya menampilkan sejarah IKEA, tetapi juga nilai-nilai yang mendorong keberhasilannya.