Bahasa gaul, fenomena yang akrab di media sosial dan percakapan sehari-hari, terus berevolusi. Tak hanya meminjam dari bahasa asing seperti “slayy” dan “demure,” banyak kosakata gaul ternyata berakar dari bahasa daerah di Indonesia.
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) melalui Language Center-nya menjelaskan bahwa bahasa gaul merupakan modifikasi berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Struktur bahasanya pun tak terikat aturan baku, seringkali bersifat dinamis dan mudah berubah.
Banyak kata gaul merupakan terjemahan, singkatan, atau plesetan dari kata lain. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, bahkan kata panjang sering disingkat.
Kata Bahasa Gaul dari Bahasa Jawa
Bahasa Jawa, salah satu bahasa daerah terkaya di Indonesia, memberikan kontribusi signifikan pada kosakata bahasa gaul.
Banyak kata-kata yang sudah umum digunakan dalam percakapan sehari-hari.
- Ambyar: Awalnya berarti bercerai-berai atau hancur, kini digunakan untuk mengekspresikan perasaan patah hati.
- Sambat: Berarti mengeluh, sering digunakan untuk menyatakan unek-unek atau keluhan.
- Ngadi-ngadi: Dalam bahasa Jawa berarti manja, namun dalam bahasa gaul bisa berarti mengada-ada atau berbohong.
- Pol: Singkatan dari “sepenuhnya” atau “maksimal”, digunakan untuk menekankan sesuatu.
- Edan: Berarti gila, digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang luar biasa atau di luar nalar.
- Turu: Kata sederhana yang berarti tidur.
- Konco: Berarti teman atau sahabat.
- Kemlinthi: Berarti sok atau sombong.
- Tumbas: Berarti membeli.
- Meteng: Berarti hamil.
- Jos Gandos: Ungkapan rasa senang yang berlebihan.
- Mletek: Berarti bunyi retak atau meletup.
- Lur (dulur): Berarti saudara atau teman dekat, menunjukkan keakraban.
Kata Bahasa Gaul dari Bahasa Sunda
Bahasa Sunda, bahasa daerah yang populer di Jawa Barat, juga turut mewarnai bahasa gaul Indonesia.
Beberapa kata bahkan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari percakapan sehari-hari.
- Julid (binjulid): Berarti iri, dengki, atau sikap kekanak-kanakan.
- Lads (balad): Berarti saudara, kerabat, atau teman dekat.
- Bray (baraya): Mirip dengan “lads,” menunjukkan rasa kekeluargaan atau persahabatan.
- Rungkad: Berarti hancur atau berantakan.
- Riweuh: Berarti ribet atau rumit.
- Eta pisan: Berarti “itu banget,” menekankan sesuatu.
- Hanupis (hatur nuhun pisan): Berarti “terima kasih banyak”.
- Etpis (eta pisan): Singkatan dari “eta pisan,” berarti “itu banget”.
- Jigana: Berarti “kayaknya” atau “sepertinya”.
- Kumaha barudak well: Sapaan yang berarti “bagaimana kabar teman-teman, baik/semoga baik-baik saja?”.
- Ceunah: Berarti “katanya”.
- Ngegelosor: Berarti jatuh meluncur.
- Kumsi (kumaha sia): Berarti “terserah kamu”.
- Asa teu kudu: Berarti “kayaknya tidak perlu”.
- Hareudang: Berarti gerah atau panas.
- Lieur: Berarti bingung.
- Acakadut: Berarti berantakan atau sembarangan.
Kata Bahasa Gaul dari Bahasa Daerah Lainnya
Selain Jawa dan Sunda, bahasa daerah lainnya juga berkontribusi pada kekayaan bahasa gaul.
Berikut beberapa contohnya dari berbagai daerah di Indonesia.
- Aduh mama sayange: Ungkapan dari Melayu Ambon, Maluku, atau Papua yang berarti “ya ampun,” sering digunakan untuk menggoda atau meledek.
- Celamitan atau culametan: Kata dari Betawi/Jakarta/Sunda yang berarti suka mengambil atau meminta barang orang lain tanpa rasa malu.
- Paok: Kata dari Medan yang berarti payah, bodoh, atau tidak keren.
- Kicep: Kata dari Betawi yang berarti diam karena takut atau gelisah.
- Manise: Kata dari Melayu Ambon yang berarti manis.
Penggunaan bahasa gaul yang berasal dari bahasa daerah menunjukkan betapa dinamis dan kaya ragamnya bahasa Indonesia. Perkembangan bahasa gaul ini juga mencerminkan interaksi dan percampuran budaya di Indonesia. Semoga pemahaman terhadap asal-usul kata gaul ini dapat memperkaya khazanah kebahasaan kita.