Ancaman bom terhadap pesawat Saudia Airlines SV 5726 pada 17 Juni 2025 mendapat perhatian luas. Penanganan insiden di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan Bandara Kualanamu dinilai berhasil oleh para ahli penerbangan.
Menurut Gerry Soejatman, konsultan aviasi, kedua bandara yang dikelola PT Angkasa Pura Indonesia (AP I) telah mengikuti prosedur internasional dalam menangani ancaman tersebut. Prosedur yang diterapkan dinilai efektif dan tepat.
Penanganan Ancaman Bom Sesuai Standar Internasional
Gerry Soejatman memuji respon cepat dan tepat dari AP I. Prosedur darurat bandara (Airport Contingency Plan) dijalankan dengan baik.
Tidak ada kekurangan yang signifikan dalam penanganan insiden di kedua bandara tersebut. Semua tindakan yang dilakukan sepenuhnya sesuai dengan standar internasional dalam dunia penerbangan.
Meskipun memberikan apresiasi, Gerry tetap menekankan pentingnya evaluasi. Evaluasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.
Pentingnya Evaluasi Waktu Penyampaian Informasi
Salah satu poin penting yang perlu dievaluasi adalah waktu penyampaian informasi ancaman. Jeda waktu antara penerimaan email ancaman dan pemberitahuan kepada awak pesawat perlu diteliti lebih lanjut.
Gerry menekankan pentingnya waktu respon yang cepat dan efisien. Hal ini untuk memastikan efektivitas prosedur dan meminimalisir potensi risiko.
Evaluasi ini bukan untuk mencari kesalahan, melainkan untuk perbaikan berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk memastikan prosedur tetap relevan dan efektif dalam menangani berbagai skenario.
Kronologi dan Prosedur Keamanan yang Diterapkan
Pesawat Saudia SV 5726, yang terbang dari Jeddah menuju Jakarta, dialihkan ke Bandara Kualanamu akibat ancaman bom. Hal ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan.
AP I langsung mengaktifkan Emergency Operation Center di Bandara Soekarno-Hatta dan Kualanamu. Prosedur keamanan dan keselamatan penerbangan dijalankan sesuai protokol yang telah ditetapkan.
Setelah dinyatakan aman melalui pemeriksaan menyeluruh, pesawat melanjutkan penerbangan ke Jakarta pada 18 Juni 2025. Semua penumpang, jemaah haji, tiba dengan selamat di Jakarta.
Keberhasilan penanganan ancaman bom ini menunjukkan kesiapan Indonesia dalam menghadapi situasi darurat di sektor penerbangan. Namun, evaluasi dan peningkatan berkelanjutan tetap diperlukan untuk menjaga standar keamanan yang tinggi.
Secara keseluruhan, insiden ini menjadi pelajaran berharga. Keberhasilan penanganan ancaman bom di Bandara Kualanamu dan Soekarno-Hatta menunjukkan bahwa sistem keamanan penerbangan di Indonesia telah berjalan dengan baik dan sesuai standar internasional. Namun, proses evaluasi dan perbaikan berkelanjutan sangat penting untuk menjaga kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai potensi ancaman di masa depan, demi keselamatan dan keamanan penerbangan.