Viral di media sosial, kisah wisatawan asal Jakarta yang mengaku dipalak saat berkunjung ke Padang Savana Mausui, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kejadian ini memicu reaksi beragam, dan Lurah Watu Nggene memberikan klarifikasi terkait insiden tersebut.
Padang Mausui, yang terletak di Kelurahan Watu Nggene, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur, NTT, ternyata bukan destinasi wisata resmi. Klarifikasi ini disampaikan langsung oleh Lurah Angelus H. Yosense.
Padang Mausui: Bukan Destinasi Wisata Resmi
Lurah Angelus menjelaskan bahwa Padang Mausui sebenarnya adalah lahan penggembalaan ternak milik masyarakat adat.
Wilayah tersebut merupakan tanah ulayat yang dikelola oleh tiga suku: Nggeli, Motu, dan Kewi. Tidak ada dokumen resmi yang menunjukkan penyerahan lahan tersebut kepada pemerintah.
Karena statusnya yang bukan kawasan wisata resmi, pemerintah daerah pun bukan pihak yang mengelola Padang Mausui.
Komunitas adat setempat juga belum mengelola area tersebut secara resmi, mandiri, dan profesional untuk tujuan wisata.
Klarifikasi Lurah Terkait Dugaan Pemalakan
Terkait dugaan pemalakan terhadap wisatawan, Lurah Angelus menegaskan bahwa pungutan yang terjadi, jika ada, merupakan transaksi pribadi.
Transaksi ini terjadi antara wisatawan dengan peternak setempat, bukan pungutan resmi dari pengelola kawasan.
Lurah Angelus belum menerima laporan resmi mengenai insiden ini. Namun, ia menduga pungutan yang terjadi merupakan bentuk sumbangan sukarela.
Sumbangan tersebut, menurut informasi yang ia peroleh dari peternak, diberikan sebagai ucapan terima kasih karena diizinkan memasuki lahan mereka, atau sebagai pembayaran jasa seperti sewa kuda atau pembuangan sampah.
Upaya Pengembangan Padang Mausui dan Himbauan Kepada Warga
Meskipun belum ada pungutan resmi, Lurah Angelus telah mengingatkan warga lokal untuk tidak melakukan pungutan terhadap pengunjung.
Hal ini dilakukan karena Padang Mausui belum memiliki legalitas sebagai kawasan wisata.
Pemerintah kelurahan telah berupaya menjalin komunikasi dengan masyarakat adat.
Upaya ini bertujuan untuk mengembangkan Padang Mausui menjadi destinasi wisata resmi, bekerja sama dengan Dinas Pariwisata. Namun, hingga kini belum ada respons dari komunitas adat.
Untuk saat ini, Padang Mausui tetap berfungsi sebagai lahan penggembalaan ternak bagi komunitas adat setempat.
Pengalaman wisatawan dari Jakarta yang viral di TikTok, menunjukkan betapa pentingnya pengelolaan kawasan wisata yang terstruktur dan terlegalisasi.
Kejadian ini seharusnya menjadi pembelajaran agar pengembangan destinasi wisata di daerah dilakukan dengan terencana dan melibatkan semua pihak terkait, termasuk pemerintah dan masyarakat adat.
Kisah wisatawan Jakarta ini menjadi sorotan, mengingatkan pentingnya regulasi dan transparansi dalam pengelolaan destinasi wisata. Harapannya, Padang Mausui dapat dikembangkan menjadi tempat wisata yang aman dan nyaman bagi para pengunjung, dengan tetap menghormati hak-hak masyarakat adat.