Industri makanan dan minuman (mamin) di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Pasca pandemi Covid-19, sektor ini berhasil mencatatkan kinerja positif, bahkan melampaui pertumbuhan PDB nasional.
Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) industri mamin sebesar 6,04 persen pada triwulan I tahun 2025. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan PDB industri pengolahan non-migas dan PDB nasional.
Investasi Masif PepsiCo di Indonesia
PT PepsiCo Indonesia baru-baru ini meresmikan pabrik pertamanya di Indonesia dengan investasi senilai US$ 200 juta (sekitar Rp 3,3 triliun).
Pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri Greenland International Industrial Center (GIIC), Cikarang, Jawa Barat ini, mulai beroperasi sejak 13 Januari 2025. Pabrik ini dilengkapi tiga lini produksi dengan kapasitas 24.000 ton per tahun dan telah menyerap hampir 400 tenaga kerja.
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin), Faisol Riza, mengapresiasi langkah PepsiCo ini. Investasi tersebut dinilai mampu memperkuat industri makanan ringan nasional, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong substitusi impor.
Potensi Pasar Mamin Indonesia yang Menjanjikan
Pasar makanan ringan di Indonesia sangat menjanjikan. Generasi milenial dan Gen Z yang mendominasi pasar (55% dari total konsumen) mendorong pertumbuhan positif sektor ini.
Nilai pasar makanan ringan Indonesia mencapai US$ 3,87 miliar pada tahun 2023 dan diproyeksikan tumbuh 8,13 persen (CAGR) hingga 2029. Hal ini menunjukkan potensi besar yang masih dapat digali.
PepsiCo juga menunjukkan komitmennya terhadap pemberdayaan petani lokal. Mereka telah bermitra dengan 200 petani kentang dan 200 petani jagung di Jawa Barat dan Jawa Tengah melalui program pengembangan bibit unggul dan peningkatan produktivitas.
Komitmen Berkelanjutan PepsiCo dan Kontribusi Sektor Mamin
PepsiCo Indonesia juga menerapkan prinsip keberlanjutan dalam operasional pabriknya. Mereka menggunakan 100 persen air daur ulang dan energi listrik terbarukan.
Komitmen ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong industri yang ramah lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar pun berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Kontribusi sektor mamin terhadap PDB industri pengolahan non-migas cukup signifikan, mencapai 41,15% pada triwulan I-2025. Sektor ini juga berkontribusi besar terhadap ekspor, mencapai US$ 11,78 miliar (termasuk minyak kelapa sawit).
Nilai ekspor tersebut mencapai 22,42% dari total nilai ekspor industri pengolahan non-migas pada periode yang sama. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya sektor mamin bagi perekonomian Indonesia.
Investasi di sektor mamin juga cukup besar. Pada awal tahun 2025, tercatat investasi sebesar Rp 22,64 triliun, terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) Rp 9,03 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 13,60 triliun.
Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika, melihat investasi PepsiCo sebagai bukti kepercayaan investor global terhadap potensi industri mamin Indonesia. Pemerintah terus mendorong pengembangan industri mamin yang berorientasi ekspor, bernilai tambah tinggi, dan berbasis bahan baku lokal.
CEO PepsiCo Indonesia, Asif Mobin, menyatakan bahwa pabrik baru ini akan semakin mendekatkan perusahaan dengan konsumen Indonesia. Pabrik yang dibangun di lahan seluas 60.000 meter persegi ini memproduksi makanan ringan menggunakan bahan baku lokal.
Asif juga menekankan komitmen PepsiCo dalam mendukung perekonomian lokal, menciptakan lapangan kerja, dan bermitra dengan petani lokal. Investasi ini merupakan wujud nyata komitmen jangka panjang PepsiCo di Indonesia.
Secara keseluruhan, perkembangan industri mamin di Indonesia sangat positif dan menjanjikan. Investasi besar dari perusahaan global seperti PepsiCo semakin memperkuat posisi Indonesia di pasar internasional, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan lapangan kerja.