Kota Uji di Jepang, pusat penghasil matcha premium, menghadapi tantangan baru: permintaan matcha yang melampaui pasokan. Fenomena ini terlihat jelas di toko-toko matcha Uji, di mana wisatawan berbondong-bondong memburu bubuk teh hijau ini sejak toko buka.
Kepopuleran matcha yang meroket secara global, didukung oleh tren kesehatan dan media sosial, telah menciptakan situasi di mana bahkan toko-toko ternama pun kehabisan stok.
Permintaan Tinggi, Pasokan Terbatas
Seorang jurnalis BBC yang mengunjungi Nakamura Tokichi Honten, pemasok matcha untuk keluarga kerajaan Jepang, menyaksikan langsung antrean panjang sebelum toko dibuka.
Begitu toko dibuka, terjadi rebutan matcha yang dramatis. Rak-rak toko yang penuh dengan berbagai produk matcha langsung kosong dalam hitungan detik.
Situasi serupa terjadi di banyak toko matcha di Uji, termasuk Tsujirihei Honten, meskipun mereka membatasi jumlah pembelian per orang.
Faktor Penyebab Kelangkaan Matcha
Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang mencatat peningkatan produksi matcha tiga kali lipat sejak 2010, mencapai 4.176 ton pada 2023. Namun, angka ini masih belum mampu memenuhi permintaan global yang terus meningkat.
Beberapa faktor berkontribusi pada kelangkaan matcha. Pertama, matcha seremonial kelas atas, yang paling diminati wisatawan internasional, tidak bisa diproduksi secara massal.
Proses penanaman teh untuk matcha seremonial membutuhkan naungan untuk menghasilkan rasa yang kaya, namun metode ini menghambat pertumbuhan dan hasil panen.
Kedua, proses penggilingan batu tradisional yang menghasilkan bubuk matcha halus, sangat terbatas kapasitas produksinya.
Setiap penggilingan hanya mampu menghasilkan sekitar 400 gram matcha setelah delapan jam kerja. Ketiga, tren penggunaan matcha seremonial untuk minuman seperti latte dan smoothie mengurangi ketersediaan matcha dalam bentuk tradisional.
Mencari Solusi dan Alternatif
Tomomi Hisaki, manajer umum Tsujirihei Honten, menjelaskan preferensi wisatawan internasional terhadap matcha seremonial. Mereka sering membeli dalam jumlah besar.
Global Japanese Tea Association berharap wisatawan mempertimbangkan jenis teh Jepang lain seperti sencha atau gyokuro, sebagai alternatif matcha.
Hojicha, varian teh hijau panggang, juga ditawarkan sebagai pilihan dengan cita rasa yang berbeda. Peningkatan produksi matcha membutuhkan investasi jangka panjang dalam penanaman dan pengolahan.
Meskipun produksi matcha telah meningkat signifikan, peningkatan permintaan yang pesat dan keterbatasan proses produksi tradisional membuat kelangkaan matcha di Uji masih menjadi tantangan.
Memahami kompleksitas produksi matcha dan menawarkan alternatif dapat membantu mengatasi masalah kelangkaan ini dan memastikan keberlanjutan industri teh Jepang.
