Lebih dari satu juta lulusan perguruan tinggi di Indonesia saat ini menganggur. Data ini mengemuka dari paparan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli dalam Kajian Tengah Tahun Indef 2025 di Jakarta, Rabu (2/7/2025). Angka pengangguran ini menjadi perhatian serius pemerintah mengingat potensi dampaknya terhadap perekonomian nasional.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan total angkatan kerja mencapai 153,05 juta orang. Dari jumlah tersebut, 145,77 juta orang bekerja, sementara sisanya, 7,28 juta orang, tergolong pengangguran.
Tingginya Angka Pengangguran Lulusan Perguruan Tinggi
Dari 7,28 juta pengangguran, lebih dari satu juta di antaranya merupakan lulusan perguruan tinggi. Lebih tepatnya, sebanyak 1.010.652 orang lulusan universitas tercatat sebagai pengangguran.
Angka ini cukup mengkhawatirkan mengingat investasi besar yang telah dikeluarkan untuk pendidikan tinggi. Pemerintah perlu merumuskan strategi tepat sasaran untuk mengatasi masalah ini.
Selain lulusan universitas, pengangguran juga berasal dari berbagai jenjang pendidikan lain. Jumlah pengangguran lulusan diploma mencapai 177.399 orang, SMK 1.628.517 orang, SMA 2.038.893 orang, dan SD/SMP 2.422.846 orang.
Kualitas Tenaga Kerja dan Tantangannya
Menaker Yassierli menyoroti kualitas tenaga kerja Indonesia sebagai permasalahan krusial. Sebanyak 85 persen tenaga kerja merupakan lulusan sekolah menengah (SMA dan SMK).
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Minimnya tenaga kerja terampil berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi dan daya saing Indonesia di kancah global.
Pemerintah perlu fokus pada peningkatan kualitas pendidikan vokasi dan penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan industri. Kerjasama antara dunia pendidikan dan dunia usaha sangat penting dalam hal ini.
Solusi Pemerintah: Program Koperasi Desa Merah Putih
Salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran adalah dengan mengembangkan program Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih. Pemerintah menargetkan 80.000 Kopdes beroperasi pada akhir 2025.
Setiap Kopdes diperkirakan menyerap tenaga kerja minimal 25 orang. Dengan target 80.000 Kopdes, potensi penciptaan lapangan kerja mencapai lebih dari 2 juta orang.
Program ini diharapkan mampu memberikan solusi jangka panjang dan berkelanjutan dalam mengatasi masalah pengangguran. Dukungan pendanaan dan pelatihan bagi pengelola Kopdes juga menjadi faktor kunci keberhasilan program ini.
Namun, suksesnya program Kopdes Merah Putih juga bergantung pada berbagai faktor, termasuk aksesibilitas modal, pelatihan manajemen yang memadai, serta dukungan infrastruktur yang memadai di daerah. Keberhasilannya akan menjadi indikator penting dalam upaya mengatasi masalah pengangguran di Indonesia.
Secara keseluruhan, tingginya angka pengangguran, terutama di kalangan lulusan perguruan tinggi, menjadi alarm bagi pemerintah untuk terus berinovasi dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Pendekatan holistik yang mengintegrasikan pendidikan, pelatihan vokasi, dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sangat krusial untuk memecahkan tantangan ini.