Pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia menunjukkan tren positif pada April 2025. Angka penyaluran kredit mencapai pertumbuhan 8,88 persen secara tahunan (YoY). Kenaikan ini didorong oleh berbagai faktor, bukan hanya pemangkasan tingkat bunga penjaminan (TBP).
Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menjelaskan bahwa kondisi moneter secara keseluruhan dan kepercayaan nasabah berperan lebih signifikan dalam mendorong pertumbuhan kredit. Pemangkasan TBP ke angka 4,00 persen menjadi faktor pendukung, namun bukan faktor utama.
Pertumbuhan Kredit Perbankan yang Positif
Kredit investasi menjadi kontributor terbesar dalam pertumbuhan kredit perbankan pada April 2025, mencapai 15,2 persen YoY. Pertumbuhan ini menunjukkan optimisme investor terhadap perekonomian Indonesia.
Josua memprediksi, jika tren penurunan suku bunga berlanjut dan transmisi ke bunga kredit efektif, pertumbuhan kredit berpotensi mencapai 10-11 persen YoY pada akhir 2025. Sektor konsumsi dan perumahan diprediksi akan menjadi pendorong utama.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kredit
Meskipun tren positif terlihat, keberhasilan ini tetap bergantung pada beberapa faktor kunci. Stabilitas nilai tukar dan inflasi yang terkendali sangat penting.
Stabilitas ini akan menjaga ekspektasi forward rate tetap rendah. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan permintaan kredit baru.
Permintaan kredit baru, terutama dari rumah tangga kelas menengah dan sektor properti, sangat krusial. Persepsi risiko perbankan terhadap kualitas aset juga menjadi faktor penentu.
Rasio kredit bermasalah (NPL) harus tetap terjaga di level sehat agar bank berani melakukan ekspansi kredit. Hal ini akan memastikan keberlanjutan pertumbuhan kredit.
Data Penyaluran Kredit Perbankan Kuartal I 2025
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan penyaluran kredit perbankan mencapai Rp 7.908 triliun pada kuartal I 2025. Ini menunjukkan peningkatan sebesar 9,16 persen secara tahunan.
Kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi dengan kenaikan 13,36 persen YoY. Kredit konsumsi tumbuh 9,32 persen dan kredit modal kerja 6,51 persen.
Bank milik negara (BUMN) menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit, dengan kenaikan sebesar 9,54 persen YoY. Pertumbuhan kredit korporasi juga signifikan, mencapai 13,52 persen.
Sementara itu, pertumbuhan kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) masih terbatas di angka 1,91 persen. Meskipun demikian, kredit usaha kecil mencatat pertumbuhan tertinggi dalam segmen UMKM, yaitu 8,65 persen.
Kantor perwakilan bank luar negeri juga berkontribusi signifikan, terutama melalui offshore loan yang meningkat 44,65 persen menjadi Rp 327,67 triliun. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor internasional terhadap perekonomian Indonesia.
Dari kategori debitur, kredit korporasi tumbuh 13,52 persen, sedangkan kredit UMKM tumbuh 1,91 persen. Upaya perbankan dalam pemulihan kualitas kredit UMKM menjadi fokus utama.
Kesimpulannya, pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia menunjukkan kinerja yang positif, meskipun masih terdapat tantangan yang perlu diatasi. Peran pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi makro dan dukungan terhadap sektor UMKM akan sangat penting untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan ini di masa mendatang. Pemantauan terhadap NPL dan pengelolaan risiko tetap menjadi faktor krusial dalam menjaga kesehatan sektor perbankan.