Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan pembangunan fasilitas baru di kompleks nuklir Yongbyon, Korea Utara. Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, menyatakan keprihatinan atas pembangunan gedung tersebut yang memiliki kemiripan dengan fasilitas pengayaan uranium di Kangson. IAEA aktif memantau perkembangan situasi ini.
Pembangunan fasilitas tersebut dianggap sebagai pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB dan menimbulkan kekhawatiran internasional akan ekspansi program nuklir Korea Utara.
‘Paranoia akan Kelangsungan Rezim’
Para analis menilai ambisi nuklir Korea Utara didorong oleh kekhawatiran akan kelangsungan rezim Kim Jong Un. Kepemilikan senjata nuklir dianggap sebagai jaminan keamanan bagi rezim tersebut.
Erwin Tan, profesor politik keamanan di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, menyebut Korea Utara telah lama paranoid terhadap ancaman terhadap rezimnya. Kepemilikan senjata nuklir dianggap sebagai “polis asuransi”.
Kim Jong Un mewarisi pandangan ayahnya, Kim Jong Il, tentang pentingnya persenjataan nuklir operasional sebagai penangkal ancaman. Situasi politik global, khususnya masa pemerintahan Donald Trump yang dianggap kurang memiliki visi geostrategis, juga memberikan peluang bagi Korea Utara untuk mengembangkan persenjataan nuklirnya.
Analisis citra satelit dari 38 North, lembaga kajian Stimson Center, mendukung temuan IAEA. Fasilitas baru tersebut berukuran hampir identik dengan fasilitas di Kangson, yang dirancang untuk sentrifugal berkecepatan tinggi.
Selain itu, pembangunan fasilitas penyimpanan limbah radioaktif bawah tanah juga terdeteksi di kompleks Yongbyon. Ini menunjukkan komitmen Korea Utara dalam mengembangkan program nuklirnya secara lebih besar.
Kapasitas Nuklir yang Bertambah
Laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) memperkirakan Korea Utara memiliki sekitar 50 hulu ledak nuklir pada Januari 2024. Mereka juga memiliki bahan fisil untuk memproduksi hingga 90 hulu ledak.
SIPRI memprediksi persediaan senjata nuklir Korea Utara akan terus bertambah dalam beberapa tahun mendatang. Ini mengindikasikan peningkatan kemampuan militer dan ancaman yang signifikan di kawasan tersebut.
Andrei Lankov, profesor sejarah dan hubungan internasional di Universitas Kookmin, Seoul, melihat dua skenario perkembangan situasi ini. Skenario pertama, yang pesimistis, menunjukkan Korea Utara akan menggunakan senjata nuklir sebagai ancaman untuk menyerang kota-kota AS atau menggunakan senjata nuklir taktis.
Dalam skenario ini, Korea Utara bisa mencapai kemenangan atas Korea Selatan dengan mengimbangi keunggulan persenjataan konvensional Korea Selatan. Namun, Lankov juga melihat kemungkinan lain yang lebih optimistis.
Pembangunan fasilitas baru di Yongbyon bisa diartikan sebagai sinyal diplomatik. Korea Utara mungkin membangun fasilitas ini dengan menyadari dunia akan melihatnya, sebagai isyarat keinginan untuk bernegosiasi.
Ancaman Proliferasi Regional
Aliansi Korea Utara dengan Rusia memberikan dukungan tambahan bagi Korea Utara untuk melawan tekanan internasional. Meskipun terdapat ketegangan di antara kedua negara, kepentingan bersama dalam melawan AS memperkuat hubungan mereka.
Profesor Tan berpendapat bahwa Kim Jong Un mungkin memanfaatkan kerja sama dengan Putin untuk mendapatkan perlindungan militer Rusia dalam mengembangkan arsenal nuklirnya. Ini meningkatkan kekhawatiran akan proliferasi senjata nuklir di Asia Timur Laut.
Potensi Korea Selatan untuk mengembangkan kemampuan nuklirnya sendiri kembali muncul sebagai kekhawatiran. Meskipun sempat ada perdebatan di masa pemerintahan Trump, aspirasi tersebut belum terealisasi.
Meskipun dukungan publik Korea Selatan terhadap senjata nuklir mungkin tinggi, realisasi akan peningkatan pajak, belanja pertahanan, dan dampak negatif bagi reputasi internasional bisa meredam antusiasme tersebut.
Situasi di Semenanjung Korea tetap kompleks dan dinamis, membutuhkan pemantauan dan diplomasi yang cermat dari komunitas internasional untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Ketegangan geopolitik di kawasan tersebut akan terus menjadi fokus perhatian dunia. Perkembangan program nuklir Korea Utara akan terus dipantau dengan cermat.