Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali mengguncang pasar keuangan global. Konflik antara Iran dan Israel, yang meningkat tajam pekan lalu, turut mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Nilai tukar rupiah cenderung stagnan, berada di kisaran Rp16.200 hingga Rp16.300 per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian yang ditimbulkan oleh konflik tersebut.
Dampak Konflik Israel-Iran terhadap Nilai Tukar Rupiah
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa pasar masih menunggu perkembangan lebih lanjut dari konflik tersebut. Ketiadaan eskalasi yang signifikan membuat investor cenderung wait and see.
Kondisi ini menyebabkan investor enggan mengambil risiko dan berinvestasi di aset berisiko, termasuk rupiah. Mereka lebih memilih untuk mengamati situasi sebelum mengambil keputusan investasi.
Serangan Militer dan Balasannya
Pada Jumat, 13 Juni 2025, Israel melancarkan operasi militer besar-besaran bernama “Operation Rising Lion”, menyerang fasilitas militer dan program nuklir Iran. Serangan udara dilakukan di beberapa wilayah Iran, termasuk Teheran.
Sejumlah pejabat militer tinggi Iran dilaporkan tewas dalam serangan tersebut, termasuk Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Umum Militer Iran. Iran kemudian membalas dengan “Operation True Promise 3”, menyerang sejumlah target strategis Israel.
Potensi Eskalasi Konflik
Eskalasi konflik ini berpotensi menimbulkan dampak yang lebih luas. Hal ini yang membuat para pelaku pasar waspada dan cenderung menahan diri dari investasi berisiko.
Ketidakpastian ini mendorong investor untuk mencari aset aman, sehingga menekan nilai tukar rupiah. Potensi kenaikan harga minyak dan komoditas lainnya juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan.
Analisis dan Prediksi Pergerakan Rupiah
Ariston Tjendra memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.300 per dolar AS, dengan potensi dukungan (support) di Rp16.200. Namun, jika konflik berlanjut dan meluas, rupiah berpotensi melemah hingga Rp16.600 per dolar AS.
Peningkatan harga minyak mentah dan komoditas lainnya akibat konflik, serta gangguan logistik, bisa memicu inflasi global dan menggoyahkan ekonomi global. Kondisi ini semakin memperkuat kecenderungan investor untuk mencari aset aman.
Pada pembukaan perdagangan Selasa pagi, rupiah melemah 34 poin (0,21 persen) menjadi Rp16.299 per dolar AS. Ini menunjukkan dampak langsung dari ketegangan geopolitik di Timur Tengah terhadap pasar keuangan domestik.
Perkembangan terkini dari konflik Israel-Iran akan sangat menentukan arah pergerakan nilai tukar rupiah ke depan. Penting bagi investor untuk memantau perkembangan situasi dengan cermat.
Kesimpulannya, konflik Israel-Iran telah menciptakan ketidakpastian yang signifikan di pasar keuangan global, termasuk pasar valuta asing di Indonesia. Situasi ini menekankan pentingnya kehati-hatian dan pemantauan ketat perkembangan konflik bagi investor dan pelaku pasar keuangan.