Keju, selain lezat sebagai makanan maupun camilan, ternyata menyimpan manfaat kesehatan mental yang mungkin belum banyak diketahui. Sebuah temuan menarik dari ahli gizi menunjukkan adanya hubungan erat antara konsumsi keju dan kondisi kesehatan mental seseorang. Penelitian ini membuka perspektif baru tentang peran makanan dalam menjaga kesejahteraan mental.
Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes dari Asosiasi Ahli Gizi Olahraga Indonesia (ISNA), menjelaskan hubungan tersebut. Menurutnya, kunci manfaat keju terletak pada kandungan bakteri asam laktat.
Bakteri Asam Laktat dalam Keju dan Kesehatan Mental
Keju mengandung bakteri asam laktat, khususnya spesies *Lactobacillus*. Bakteri ini berperan penting dalam meningkatkan cita rasa keju selama proses pembuatan.
Konsumsi keju yang tidak dipanaskan memungkinkan bakteri asam laktat mencapai saluran pencernaan. Di sinilah proses komunikasi homeostatik dua arah dimulai.
Sistem pencernaan, yang sering disebut sebagai “otak kedua”, terhubung dengan otak melalui jalur persyarafan. Komunikasi ini memodulasi perasaan, kognitif, dan emosi.
Bakteri asam laktat menstimulasi otak untuk melepaskan hormon endorfin, yang memberikan perasaan bahagia. Ini menjelaskan bagaimana keju dapat memberikan dampak positif pada kesehatan mental.
Kandungan Protein Tinggi dan Hormon Dopamin
Keju juga kaya akan protein, terutama tirosin dan peptida bioaktif. Kedua komponen ini berkontribusi pada peningkatan produksi hormon dopamin.
Dopamin adalah neurotransmiter yang terkait dengan perasaan senang dan motivasi. Di Indonesia, banyak individu mengandalkan makanan dan minuman manis untuk meningkatkan dopamin.
Namun, konsumsi gula berlebih di usia muda, seperti yang ditunjukkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, berisiko memicu diabetes dan obesitas. Lebih dari 42,90 persen anak usia 10-14 tahun mengonsumsi gula berlebihan.
Menggoreng keju juga mengurangi manfaat kesehatannya. Meskipun tidak semua lemak jahat, proses penggorengan mengubah lemak baik menjadi tidak sehat. Oleh karena itu, konsumsi keju yang sehat perlu diimbangi dengan cara pengolahan yang tepat.
Keju, Umur Panjang, dan Gaya Hidup Sehat
Sebuah studi genetik besar-besaran mengungkap korelasi antara kesehatan mental yang baik, umur panjang, dan gaya hidup sehat. Konsumsi keju berperan dalam hal ini.
Studi dari China yang memeriksa gen jutaan orang Eropa menunjukkan manfaat gouda (keju Belanda). Temuan ini menunjukkan potensi keju dalam meningkatkan kualitas hidup.
Penelitian observasional sebelumnya telah menunjukkan kaitan antara kebahagiaan dan umur panjang. Namun, faktor-faktor lain seringkali menjadi variabel pengganggu.
Studi ini menggunakan metode analisis pengacakan Mendel. Metode ini mampu memprediksi efek kausal tanpa uji klinis, memperkuat validitas temuan.
Produk susu berlemak penuh, termasuk es krim, sering dikaitkan dengan efek negatif pada kesehatan mental. Namun, berbagai jenis keju, bila dikonsumsi seimbang, mungkin memberikan efek yang berbeda.
Kesimpulannya, keju, jika dikonsumsi dengan bijak sebagai bagian dari diet seimbang, bukan hanya sekadar camilan lezat. Kandungan bakteri asam laktat dan proteinnya berkontribusi pada kesehatan mental dan bahkan berpotensi meningkatkan umur panjang dan kualitas hidup. Namun, penting untuk memperhatikan cara pengolahannya agar manfaatnya tetap terjaga. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji dampak spesifik berbagai jenis keju pada kesehatan mental.