Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel kembali meningkat tajam pasca serangan udara tanggal 13 Juni 2025. Peristiwa ini bukan hanya menjadi headline berita utama, tetapi juga mengirimkan gelombang kejut yang terasa hingga ke pasar keuangan global. Dampaknya langsung terlihat pada harga komoditas, nilai tukar, dan indeks saham dunia, termasuk Indonesia.
Lonjakan harga minyak, emas yang menyentuh titik tertinggi sejak April, dan volatilitas Bitcoin yang meningkat drastis menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap ketidakstabilan politik di Timur Tengah. Ini mengingatkan kita akan dampak luas konflik regional terhadap perekonomian global.
Dampak Geopolitik terhadap Pasar Keuangan Global
Reaksi pasar terhadap konflik Iran-Israel bukanlah hal baru. Wilayah Timur Tengah, terutama yang berkaitan erat dengan pasokan energi dunia, selalu menjadi titik rawan yang dapat memicu guncangan ekonomi global. Namun, situasi kali ini lebih kompleks.
Keputusan suku bunga The Fed yang dinanti-nantikan, tren pelemahan ekonomi global akibat akumulasi utang, dan data ekonomi China turut mewarnai respons pasar. Semua faktor ini saling terkait dan memperumit peramalan kondisi pasar.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menambahkan bahwa pelaku pasar juga mencermati eskalasi konflik Iran-Israel yang berlanjut selama tiga hari berturut-turut. Kedua negara saling berjanji untuk membalas serangan, meningkatkan kekhawatiran akan perpanjangan konflik.
Perang sebagai Strategi Politik Domestik?
Konflik seringkali dimanfaatkan oleh negara-negara untuk mengalihkan perhatian publik dari masalah domestik. Israel, dengan pemerintahan koalisi yang rapuh, mungkin menggunakan konflik eksternal untuk mengurangi tekanan dalam negeri.
Amerika Serikat, dengan beban utang yang besar dan polarisasi politik yang tajam, juga memiliki insentif untuk terlibat dalam konflik global. Hal ini dapat digunakan sebagai pembenaran untuk mempertahankan status quo fiskal dan meningkatkan anggaran militer.
Situasi ini menciptakan paradoks bagi investor. Di tengah dampak negatif perang, terdapat peluang untuk mengembangkan strategi investasi yang lebih adaptif dan antisipatif.
Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian
Sektor energi menjadi salah satu yang paling terdampak. Ancaman terhadap jalur pelayaran minyak di Selat Hormuz, yang diawasi oleh Iran, langsung mendorong kenaikan harga minyak mentah.
Investasi langsung di komoditas minyak berisiko tinggi karena sangat dipengaruhi oleh faktor politik dan manuver OPEC. Volatilitas harga minyak yang tinggi menyulitkan investor ritel.
Akibatnya, banyak investor beralih ke aset safe haven seperti emas dan Bitcoin. Kenaikan harga emas di atas US$3.400 dan Bitcoin di kisaran US$105.000 menunjukkan daya tarik aset-aset ini di tengah ketidakpastian.
Bitcoin, meskipun terkenal volatil, kini berperan sebagai alat lindung nilai yang strategis bagi investor yang bersedia mengambil risiko. Pergerakan positif Bitcoin dapat memberikan kompensasi keuntungan jangka pendek.
Kunci keberhasilan bukan hanya berani mengambil risiko, tetapi juga jeli membaca momentum pasar. Membutuhkan kecermatan dan pemahaman yang mendalam tentang dinamika pasar dan geopolitik.
Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi terbuka dan ketergantungan tinggi pada ekspor komoditas, sangat rentan terhadap fluktuasi harga global. Ketidakpastian geopolitik dan transisi energi global juga berdampak pada sektor andalan seperti batu bara, nikel, dan sawit.
Oleh karena itu, pasar saham domestik ikut melemah karena investor cenderung menarik dana dari pasar negara berkembang menuju aset safe haven yang lebih stabil.
Namun, situasi ini juga menjadi momentum untuk menyusun ulang portofolio investasi. Kenaikan harga minyak dunia, misalnya, dapat mendorong percepatan transisi energi baru dan terbarukan, seperti yang disampaikan Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE).
Bagi investor Indonesia, diversifikasi portofolio, pemantauan berita internasional secara aktif, dan penggunaan instrumen lindung nilai menjadi sangat penting.
Kita tidak dapat mengontrol keputusan politik global, tetapi kita dapat mengendalikan cara merespons dampaknya. Dunia saat ini tidak menuju kestabilan, dan perang tampaknya akan terus digunakan sebagai alat untuk menutupi kegagalan internal banyak negara. Oleh karena itu, kemampuan membaca arah geopolitik menjadi investasi terbesar yang dapat dimiliki siapa pun.
Kemampuan membaca situasi global, bukan hanya melalui data ekonomi semata, tetapi juga dengan memahami konteks geopolitik, akan menentukan keberhasilan strategi investasi di masa depan yang penuh ketidakpastian ini.
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
