Beredar sebuah video yang mengklaim Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama (Kemenag), Jeane Marie Tulung, mengumumkan program bantuan dana hingga Rp 2 miliar untuk kesejahteraan umat Kristen dan pembangunan gereja. Klaim ini telah diteliti dan terbukti palsu.
Tim Cek Fakta Kompas.com telah melakukan penelusuran menyeluruh dan menemukan bahwa video tersebut merupakan hasil rekayasa kecerdasan buatan (AI).
Narasi Hoaks yang Beredar
Video tersebut tersebar luas di berbagai platform media sosial, termasuk Facebook. Unggahan-unggahan tersebut menyertakan nomor WhatsApp yang mengajak warganet untuk menghubungi guna mendapatkan bantuan dana.
Narasi yang beredar mengklaim adanya program dana bantuan hingga Rp 2 miliar untuk kesejahteraan umat Kristen dan pembangunan gereja di seluruh Indonesia pada tahun 2025. Informasi ini kemudian terbukti tidak akurat.
Penelusuran dan Verifikasi Fakta
Tim Cek Fakta Kompas.com menggunakan teknik *reverse image search* untuk melacak asal usul video tersebut.
Hasilnya mengarah pada sebuah video di akun TikTok resmi Bimas Kristen Kemenag yang diunggah pada 20 April 2025. Video asli tersebut menampilkan sambutan Jeane Marie Tulung dalam peringatan Hari Paskah, bukan pengumuman program bantuan dana.
Analisis lebih lanjut menggunakan Hive Moderation menunjukkan probabilitas 99,9 persen bahwa suara Jeane Marie Tulung dalam video yang beredar adalah hasil rekayasa AI. Suara tersebut kemungkinan besar dihasilkan oleh perangkat AI generatif.
Penting untuk dicatat bahwa tidak ada informasi terkait program bantuan dana tersebut yang ditemukan di situs web resmi Kemenag maupun media sosial resmi mereka.
Kesimpulan dari Investigasi
Setelah dilakukan penyelidikan mendalam, terbukti bahwa video yang menampilkan Dirjen Bimas Kristen Kemenag mengumumkan program bantuan dana merupakan hoaks. Video tersebut telah dimanipulasi menggunakan teknologi AI.
Video asli hanya berisi sambutan peringatan Hari Paskah 2025. Penggunaan AI untuk memalsukan suara dan konten video ini menyoroti pentingnya kewaspadaan dalam menerima informasi di dunia digital yang semakin canggih.
Kejadian ini juga menyoroti bahaya penyebaran informasi palsu melalui media sosial dan pentingnya untuk selalu mengecek kebenaran informasi dari sumber terpercaya sebelum menyebarkannya. Publik diimbau untuk selalu waspada terhadap informasi yang belum terverifikasi dan hanya mengandalkan informasi dari sumber-sumber resmi.
Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya literasi digital dalam era informasi yang serba cepat. Kemampuan untuk mengenali dan menangkal informasi palsu menjadi keahlian yang krusial dalam kehidupan sehari-hari.