Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran kembali memanas, mendorong harga minyak mentah melonjak signifikan. Kenaikan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump meragukan tercapainya kesepakatan nuklir dengan Iran, serta adanya indikasi evakuasi sebagian staf Kedutaan Besar AS di Baghdad.
Lonjakan harga minyak Brent dan West Texas Intermediate (WTI) mencapai lebih dari 4%, menandakan kekhawatiran pasar akan potensi konflik berskala besar di Timur Tengah.
Kenaikan Harga Minyak Mentah Akibat Ketegangan AS-Iran
Harga minyak Brent mengalami kenaikan US$ 2,90 atau 4,3%, ditutup pada US$ 69,77 per barel. Sementara itu, minyak mentah WTI naik US$ 3,17 atau 4,9%, mencapai US$ 68,15 per barel.
Kenaikan signifikan ini menunjukkan dampak langsung dari meningkatnya ketegangan geopolitik terhadap pasar energi global. Investor cenderung bereaksi dengan meningkatkan permintaan minyak sebagai aset aman di tengah ketidakpastian politik.
Evakuasi Sebagian Staf Kedubes AS di Baghdad
Departemen Luar Negeri AS mempersiapkan evakuasi seluruh staf non-esensial dari Kedutaan Besar AS di Baghdad. Alasan resmi belum diungkapkan, namun pejabat menyatakan komitmen Trump untuk melindungi warga negara AS.
Langkah ini semakin meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya eskalasi konflik. Ketidakpastian situasi di Irak menimbulkan kekhawatiran terhadap pasokan minyak dan stabilitas kawasan.
United Kingdom Maritime Trade Operations juga memperingatkan peningkatan aktivitas militer di kawasan tersebut, sebagai konsekuensi dari ketegangan yang semakin meningkat antara AS dan Iran.
Keraguan Trump terhadap Kesepakatan Nuklir Iran
Presiden Trump mengungkapkan keraguannya akan tercapainya kesepakatan nuklir dengan Iran. Ia menuding Iran kurang memiliki semangat untuk mencapai kesepakatan tersebut.
Pernyataan Trump ini memberikan sinyal negatif bagi upaya diplomasi dan memicu kekhawatiran akan potensi konflik militer. Pasar merespon dengan meningkatkan harga minyak sebagai antisipasi dampak negatif dari konflik.
Trump menegaskan bahwa Iran tidak akan diizinkan memiliki senjata nuklir. Ia berharap hal tersebut dapat dicapai tanpa perang, namun menganggap sikap Iran sebagai kesalahan yang akan terbukti seiring berjalannya waktu.
Sebagai respon, Menteri Pertahanan Iran memperingatkan bahwa pangkalan militer AS di kawasan berada dalam jangkauan militer Iran dan tidak akan ragu untuk menyerang jika diperlukan. Pernyataan ini semakin memperkeruh situasi.
Situasi geopolitik di Timur Tengah yang semakin tegang ini menunjukkan betapa rapuhnya stabilitas kawasan dan dampaknya terhadap pasar global, khususnya pasar energi. Ketidakpastian akan berlanjutnya ketegangan ini berpotensi menyebabkan volatilitas harga minyak yang lebih tinggi di masa mendatang. Perkembangan selanjutnya perlu dipantau secara cermat untuk menilai dampaknya terhadap perekonomian global.