Badan Pangan Nasional (NFA) tengah berupaya keras menstabilkan harga beras di tengah lonjakan harga yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Langkah-langkah strategis tengah diambil untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan beras bagi seluruh masyarakat.
Kenaikan harga beras, bahkan melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET), khususnya di Indonesia Timur, menjadi perhatian serius NFA. Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, I Gusti Ketut Astawa, menegaskan komitmen untuk mengatasi permasalahan ini.
Percepatan Penyaluran Bantuan Sosial Beras
Salah satu langkah signifikan yang diambil NFA adalah percepatan penyaluran bantuan sosial (bansos) beras. Program ini menargetkan 18,3 juta keluarga penerima manfaat.
Setiap keluarga akan menerima bantuan beras sebanyak 10 kilogram per bulan. Proses verifikasi dan finalisasi anggaran sedang dikebut agar penyaluran bansos dapat segera dimulai.
Ketut Astawa menjelaskan bahwa bansos beras ini tak hanya bertujuan untuk menjaga keterjangkauan pangan bagi masyarakat miskin. Program ini juga merupakan bagian dari strategi stabilisasi sosial untuk menghadapi fluktuasi harga.
Optimalisasi Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP)
Selain bansos, NFA juga mempercepat implementasi Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Distribusi beras medium dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) akan difokuskan pada wilayah-wilayah yang mengalami kenaikan harga di atas HET.
Wilayah Indonesia Timur menjadi prioritas utama dalam program ini. Hal ini dikarenakan tingginya kebutuhan beras di wilayah tersebut, serta kondisi pasokan yang cenderung lebih terbatas dibandingkan wilayah lain.
Penyaluran beras SPHP dilakukan berdasarkan data panel harga harian. Intervensi cepat ini diharapkan dapat memastikan masyarakat tetap mengakses beras dengan harga yang wajar.
Penguatan Strategi Lain dan Pemantauan Distribusi
NFA juga gencar menjalankan Gerakan Pangan Murah (GPM). Hingga pertengahan Juni 2025, telah terlaksana 288 kegiatan GPM di 17 provinsi dan 99 kabupaten/kota.
Selain itu, NFA juga fokus pada perbaikan sistem pencatatan stok dan transaksi di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Peningkatan transparansi dan akurasi data menjadi kunci keberhasilan strategi ini.
Food Station juga didorong untuk meningkatkan frekuensi pasar murah dan memperkuat sistem pelacakan distribusi secara real time. Langkah ini penting untuk memastikan distribusi beras berjalan efektif dan tepat sasaran.
Rata-rata harga beras di wilayah zona III (Maluku dan Papua) tercatat Rp 19.634 per kilogram, sedikit naik 0,29 persen dibandingkan Mei 2025. Perbedaan kondisi pasokan antar wilayah menjadi perhatian khusus NFA.
Dengan menggabungkan berbagai strategi ini, NFA berharap dapat mengatasi fluktuasi harga beras dan menjamin ketersediaan pangan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Pemantauan ketat dan respon cepat terhadap dinamika harga akan terus dilakukan untuk memastikan keberhasilan program stabilisasi harga beras.
Transparansi data dan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Food Station, menjadi kunci keberhasilan upaya stabilisasi harga beras ini. Komitmen NFA untuk memastikan keterjangkauan beras bagi masyarakat tetap menjadi prioritas utama.