Aktivis iklim Greta Thunberg telah kembali ke Swedia setelah dideportasi dari Israel. Ia sempat singgah di Prancis sebelum melanjutkan perjalanan pulang.
Deportasi ini terjadi setelah Thunberg dan sebelas aktivis lainnya dicegat oleh pasukan keamanan Israel. Mereka berada di atas kapal yang hendak mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, berusaha menerobos blokade Israel.
Penolakan Keras terhadap Tindakan Israel
Thunberg mengecam keras tindakan Israel. Ia menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional dan kejahatan perang di Gaza.
Setibanya di Stockholm, Swedia, Thunberg disambut oleh sekitar 30 pendukung yang mengibarkan bendera Palestina. Kehadiran media pun cukup ramai di Bandara Arlanda.
Saat berada di Paris, Thunberg menuduh Israel telah ‘menculik’ dirinya dan aktivis lainnya.
Pengalaman Menegangkan di Atas Kapal Madleen
Thunberg menceritakan rasa cemasnya selama berada di atas kapal Madleen. Ia mengaku sangat khawatir dengan situasi di Gaza.
“Yang saya takutkan adalah orang-orang terdiam selama genosida yang sedang berlangsung,” ungkap Thunberg di Stockholm.
Ia menekankan keprihatinannya terhadap pelanggaran hukum internasional dan kejahatan perang yang dilakukan Israel.
Tuduhan Genosida dan Seruan untuk Bertindak
Thunberg menuduh Israel melakukan “genosida sistematis” dan “kelaparan sistematis terhadap lebih dari dua juta orang” di Gaza.
Tuduhan ini sejalan dengan beberapa kelompok hak asasi manusia, termasuk Amnesty International. Meskipun demikian, Israel secara tegas menolak tuduhan tersebut.
Thunberg menyerukan tindakan nyata. Ia mendesak pemerintah-pemerintah di dunia untuk bertindak dan mengajak individu untuk melakukan hal yang sama.
Ia menekankan pentingnya mengambil tindakan, terutama ketika pemerintah yang terlibat justru tidak bertindak.
Dari dua belas aktivis yang ditahan, empat orang, termasuk Thunberg, dideportasi.
Delapan aktivis lainnya tetap ditahan di Israel.
Dampak dan Respon Internasional
Kasus deportasi Greta Thunberg telah menarik perhatian internasional. Peristiwa ini kembali menyoroti konflik yang berkepanjangan di Gaza dan blokade Israel.
Banyak pihak mengkritisi tindakan Israel, menekankan pentingnya akses kemanusiaan ke Gaza.
Sementara itu, pemerintah Israel belum memberikan pernyataan resmi terkait deportasi tersebut.
Kejadian ini diperkirakan akan semakin meningkatkan tekanan internasional terhadap Israel terkait kebijakannya di Gaza.
Pernyataan Thunberg kemungkinan akan memicu diskusi lebih lanjut mengenai tanggung jawab internasional dalam menangani pelanggaran HAM di wilayah tersebut.
Ke depan, diharapkan akan ada upaya lebih lanjut dari komunitas internasional untuk mencari solusi damai dan memastikan akses kemanusiaan bagi warga Gaza.
Kisah Greta Thunberg ini menjadi pengingat penting akan pentingnya advokasi dan keberanian dalam menyuarakan ketidakadilan. Perjuangan untuk keadilan dan kemanusiaan di Gaza masih panjang dan memerlukan dukungan global yang berkelanjutan.