Gianluigi Donnarumma, penjaga gawang Paris Saint-Germain, merasakan dilema usai membawa timnya meraih kemenangan telak 5-0 atas Inter Milan di final Liga Champions 2024/2025. Kemenangan gemilang tersebut berlangsung di Allianz Arena, Munich, Minggu (1/6/2025).
Hanya beberapa hari setelah momen euforia tersebut, Donnarumma kembali bertemu rekan-rekannya dari Inter Milan di pemusatan latihan timnas Italia. Ia dipanggil untuk membela Gli Azzurri dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Norwegia dan Moldova.
Donnarumma dan Rasa Tak Enak Hati pada Rekan Setimnya
Keberadaan Donnarumma di tengah rekan-rekan setimnya dari Inter Milan menciptakan suasana yang unik. Ia merasa tak enak hati untuk membahas final Liga Champions yang baru saja dilalui.
Meskipun kemenangan diraih dengan meyakinkan, Donnarumma tetap merasakan empati pada rekan-rekannya di Inter yang mengalami kekalahan pahit. Ia mengaku prioritas utamanya kini adalah fokus pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia.
Menjaga Fokus Timnas Italia
Donnarumma menegaskan bahwa fokus utama saat ini adalah keberhasilan timnas Italia di kualifikasi Piala Dunia 2026. Obrolan tentang final Liga Champions dikesampingkan sementara waktu.
Ia memilih untuk menjaga harmoni tim dan menghindari perbincangan yang berpotensi mengganggu konsentrasi timnas dalam menghadapi dua pertandingan penting tersebut. Prioritasnya adalah kemenangan timnas, bukan membahas kemenangan pribadi di Liga Champions.
Reaksi Donnarumma dan Rekan-Rekan Setimnya
Meskipun ada rasa canggung, Donnarumma menyebutkan adanya pelukan hangat dari rekan-rekannya dari Inter Milan setelah pertandingan final Liga Champions. Ini menandakan adanya rasa saling menghormati di antara mereka.
Namun, Donnarumma menekankan bahwa hingga saat ini belum ada pembahasan lebih lanjut mengenai laga tersebut di lingkungan timnas Italia. Semua pemain fokus pada tujuan bersama, yaitu lolos ke Piala Dunia.
Donnarumma, mantan kiper AC Milan, mengungkapkan rasa senangnya atas pelukan hangat tersebut. Ia menyadari pentingnya menjaga soliditas timnas Italia, terlepas dari rivalitas klub.
Ucapan Donnarumma yang dikutip dari Football Italia ini menunjukkan sikap profesional dan kedewasaannya. Ia memahami pentingnya menjaga fokus tim di tengah euforia kemenangan pribadi.
Pada usia 26 tahun, Donnarumma telah menunjukkan kematangan dalam menghadapi situasi yang kompleks ini. Ia mampu memisahkan antara kebahagiaan pribadi dan tanggung jawabnya sebagai bagian dari timnas Italia.
Dengan demikian, fokus Donnarumma dan seluruh timnas Italia kini sepenuhnya tertuju pada dua laga kualifikasi Piala Dunia. Mereka berharap dapat meraih hasil terbaik demi mengamankan tiket ke putaran final.
Kemenangan telak PSG atas Inter Milan di final Liga Champions tentu menjadi cerita tersendiri bagi Donnarumma. Namun, profesionalitas dan rasa kebersamaan dalam timnas Italia menjadi prioritas utamanya saat ini.
Kisah Donnarumma ini menjadi contoh bagaimana seorang atlet profesional mampu menyeimbangkan ambisi pribadi dengan tanggung jawab tim. Ia membuktikan bahwa rasa kebersamaan dan profesionalisme dapat berjalan beriringan, meskipun ada perbedaan klub.