Kisah penyelamatan jenazah Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani, telah menyentuh hati banyak orang. Upaya heroik Agam Rinjani dan timnya dalam mengevakuasi jenazah dari jurang sedalam 600 meter menuai pujian internasional.
Apresiasi tersebut berujung pada penggalangan dana oleh warga Brasil untuk Agam, mencapai angka fantastis Rp 1,5 miliar. Namun, perjalanan donasi ini tak berjalan mulus, sempat diwarnai kontroversi dan pembatalan sebelum akhirnya dana tersebut dipastikan akan disalurkan utuh.
Evakuasi Dramatis di Gunung Rinjani
Juliana Marins mengalami kecelakaan fatal pada Sabtu, 21 Juni 2025, jatuh ke jurang Gunung Rinjani. Proses evakuasi jenazahnya berlangsung selama beberapa hari, penuh tantangan dan resiko tinggi.
Agam Rinjani dan tim relawan menunjukkan dedikasi luar biasa. Mereka menghadapi medan yang sangat sulit, bahkan harus bermalam di tebing curam untuk menjaga jenazah sebelum proses pengangkatan.
Dokumentasi perjalanan evakuasi yang diunggah Agam di media sosial, termasuk siaran langsung, menarik perhatian publik dunia. Video yang menampilkan tim relawan beristirahat di tebing curam menjadi viral.
Akses informasi yang dibagikan Agam dan timnya secara langsung dari lokasi kejadian, juga mendapat apresiasi tinggi. Mereka memanfaatkan Starlink dan genset untuk tetap terhubung dengan jaringan internet.
Agam Rinjani: Penolakan Awal dan Pujian Internasional
Selama proses evakuasi, Agam beberapa kali menolak tawaran donasi dari warganet Brasil yang menyaksikannya melalui siaran langsung di Instagram. Ia fokus pada misi penyelamatan.
Keteguhan Agam dalam memprioritaskan tugas kemanusiaan ini semakin meningkatkan kekaguman publik. Ia pun dijuluki pahlawan oleh banyak warganet Brasil.
Setelah evakuasi selesai, warga Brasil tetap ingin memberikan apresiasi atas jasa Agam dan timnya. Penggalangan dana pun dilakukan melalui platform Voaa dan Razões para Acreditar.
Kontroversi Donasi dan Penyelesaiannya
Kampanye penggalangan dana yang mencapai Rp 1,54 miliar sempat dibatalkan oleh Voaa pada Senin, 30 Juni 2025. Alasannya adalah kritikan publik terkait potongan biaya administrasi sebesar 20 persen.
Pembatalan tersebut memicu reaksi beragam. Voaa menjamin pengembalian dana secara otomatis kepada para donatur.
Namun, sehari kemudian, keputusan tersebut direvisi. Vicente Carvalho, pendiri Razões para Acreditar, memastikan donasi akan tetap diberikan kepada Agam Rinjani tanpa potongan.
Keputusan final ini memastikan Agam Rinjani menerima dana sebesar Rp 1,5 miliar sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dan keberaniannya dalam misi penyelamatan tersebut.
Kisah ini menjadi bukti nyata kekuatan solidaritas global, sekaligus pelajaran berharga tentang transparansi dalam pengelolaan donasi. Semoga kisah ini menginspirasi lebih banyak aksi kemanusiaan di masa mendatang.