Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono mengumumkan revitalisasi tambak di Pantura Jawa Barat dengan investasi fantastis sebesar Rp26 triliun. Dana tersebut berasal dari Danantara, dan akan digunakan untuk merevitalisasi tambak yang selama lebih dari 30 tahun mengalami kerusakan.
Trenggono menekankan pentingnya revitalisasi ini untuk mengubah tambak yang rusak menjadi kawasan budidaya perikanan yang bernilai tinggi. “Bayangkan, Pantura itu sudah lebih dari 30 tahun kondisinya rusak dan kemudian kita revitalisasi untuk menjadi sebuah kegiatan industri budi daya yang sangat bernilai,” tegasnya dalam acara Penandatanganan Nota Kesepakatan Dukungan Rencana Program Revitalisasi Tambak Pantura di KKP, Jakarta Pusat, Rabu (25/6).
Program revitalisasi ini ditargetkan akan menyasar 78 ribu hektare tambak yang kurang produktif. Tahap awal akan fokus pada 20.413,25 hektare tambak di empat kabupaten: Bekasi, Karawang, Subang, dan Indramayu. Pembangunan fisiknya sendiri direncanakan akan dimulai pada tahun 2026.
KKP memproyeksikan peningkatan produktivitas tambak yang signifikan, dari 0,6 ton per hektare per tahun menjadi 144 ton per hektare per tahun. Hal ini diperkirakan akan menghasilkan volume produksi mencapai 1,18 juta ton dengan nilai mencapai Rp30,65 triliun.
Komoditas utama yang akan dikembangkan adalah nila salin, dipilih karena pertumbuhannya yang cepat dan ketahanan terhadap penyakit. Program ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja hingga 119.100 orang di sektor hulu dan hilir.
Dampak Revitalisasi Tambak Pantura
Revitalisasi tambak ini memiliki potensi dampak ekonomi yang sangat besar bagi Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyampaikan rasa terima kasihnya atas investasi besar ini, mengingat APBD Jawa Barat yang hanya Rp31 triliun untuk mengelola 45 juta penduduknya. “Hari ini kita mulai menandatangani dan saya ucapkan terima kasih. Kami tidak mungkin meraih dana lebih dari Rp2 triliun (Rp26 triliun) untuk membangun wilayah itu (Pantura), ngumpulin pajaknya lama dan susah,” ucapnya.
Dedi Mulyadi juga menambahkan bahwa proyek ini akan sangat membantu kemakmuran rakyat Jawa Barat. Pernyataan kontroversial yang ia sampaikan adalah: “Hari ini kemakmuran rakyat Jawa Barat terbantu dengan kebijakan Presiden Bapak Prabowo Subianto dan dilaksanakan secara teknis oleh Bapak Menteri (Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono) yang langsung mendapat wahyu dari Allah SWT,” imbuhnya sambil berkelakar kepada Trenggono.
Investasi Rp26 triliun ini setara dengan hampir tiga perempat APBD Jawa Barat, dan fokusnya pada empat kabupaten di Pantura, menunjukkan skala besar dan signifikansi proyek ini bagi perekonomian regional.
Tantangan dan Potensi Keberhasilan
Meskipun potensi manfaatnya sangat besar, proyek revitalisasi ini juga akan menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah memastikan keberlanjutan program setelah pembangunan selesai, termasuk memantau dan memastikan pengelolaan tambak yang berkelanjutan oleh masyarakat setempat.
Selain itu, perlu adanya pengawasan yang ketat untuk memastikan agar dana yang dialokasikan digunakan secara efektif dan efisien, serta mencegah potensi korupsi. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana menjadi kunci keberhasilan proyek ini.
Keberhasilan revitalisasi tambak ini bergantung pada berbagai faktor, termasuk koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah, partisipasi aktif masyarakat, serta penerapan teknologi budidaya yang tepat. Dengan perencanaan dan pelaksanaan yang matang, proyek ini berpotensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Pantura Jawa Barat.
Kesimpulannya, proyek revitalisasi tambak Pantura ini merupakan langkah besar dalam meningkatkan sektor perikanan di Jawa Barat. Namun, keberhasilannya memerlukan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang efisien dan pengawasan yang ketat untuk memastikan dampak positifnya terasa bagi masyarakat.