Indonesia membutuhkan investasi besar untuk mendukung transisi energi dan aksi iklim hingga tahun 2030. Jumlahnya mencapai US$ 280 miliar atau sekitar Rp 4.550 triliun. Namun, pemerintah hanya mampu menyediakan 30% dari total dana yang dibutuhkan.
Kekurangan pendanaan ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia dalam mencapai target iklimnya. Pemerintah berupaya menarik investasi swasta untuk menutup celah pendanaan tersebut.
Kebutuhan Dana Transisi Energi dan Tantangannya
Menteri Luar Negeri Sugiono menyampaikan hal ini dalam International Conference on Infrastructure (ICI) 2025. Ia menekankan besarnya kesenjangan pembiayaan yang harus diatasi.
Dari total kebutuhan US$ 280 miliar, hanya Rp 1.365 triliun (30%) yang bisa dipenuhi dari pendanaan pemerintah. Sisanya, sekitar Rp 3.185 triliun (70%), harus dicarikan dari sumber lain.
Upaya Pemerintah Menarik Investasi
Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto aktif berupaya menarik investasi asing untuk menutup kekurangan pendanaan. Berbagai kebijakan telah disiapkan untuk mendorong masuknya investor.
Namun, kebijakan yang berorientasi domestik juga perlu dipertimbangkan agar tidak menghambat kerjasama pembangunan internasional. Menemukan keseimbangan antara kepentingan dalam negeri dan kerjasama global menjadi pekerjaan rumah pemerintah.
Kemitraan Publik-Swasta dan Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia semakin gencar mengadopsi model kemitraan publik-swasta (KPSP) yang lebih inklusif. Model ini tidak hanya melibatkan sektor swasta, tetapi juga masyarakat lokal.
KPSP diharapkan dapat memperluas jangkauan pendanaan dan memastikan proyek infrastruktur selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan PBB. Standar, pendanaan, dampak, dan inklusivitas menjadi fokus utama.
Proyek infrastruktur bukan hanya sekadar pembangunan fisik, tetapi juga harus berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Hal ini sejalan dengan visi pembangunan berkelanjutan.
Dengan dibukanya pasar infrastruktur bagi sektor swasta dan penyederhanaan regulasi, Indonesia menawarkan peluang investasi yang menarik bagi investor internasional.
Kesimpulan
Tantangan besar Indonesia dalam pembiayaan transisi energi dan aksi iklim membutuhkan strategi komprehensif. Pemerintah berupaya menarik investasi swasta melalui berbagai kebijakan, namun perlu diimbangi dengan upaya menjaga kerjasama internasional. KPSP yang inklusif dan berkelanjutan diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan ini, memastikan pembangunan infrastruktur berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
Keberhasilan dalam menarik investasi dan mengelola KPSP akan menentukan seberapa cepat Indonesia dapat mencapai target iklim dan pembangunan berkelanjutannya. Transparansi dan tata kelola yang baik menjadi kunci keberhasilan upaya ini.