Cuaca buruk kembali mengganggu aktivitas penyeberangan laut di perairan Aceh. Gelombang tinggi dan angin kencang memaksa pembatalan sejumlah trip kapal cepat dari Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, menuju Sabang. Kejadian ini memberikan dampak langsung pada aktivitas perekonomian dan mobilitas warga di kedua wilayah tersebut. Bagaimana detail kejadiannya dan apa langkah yang diambil untuk mengantisipasi kejadian serupa? Berikut ulasan lengkapnya.
Badai di Perairan Aceh: Dua Trip Kapal Cepat Dibatalkan
Pembatalan Trip Kapal Cepat Akibat Cuaca Buruk
Dua dari tiga trip kapal cepat yang dijadwalkan dari Pelabuhan Ulee Lheue menuju Sabang pada Senin, batal beroperasi. Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca buruk di perairan setempat.
Kepala UPTD Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan Wilayah I Aceh, Husaini, membenarkan informasi tersebut. Beliau menjelaskan, kapal cepat yang seharusnya berangkat pukul 08.00 WIB dan 16.30 WIB terpaksa dibatalkan.
Hanya satu trip kapal cepat yang berhasil beroperasi, yaitu pada pukul 10.00 WIB. Kondisi ini tentu saja berdampak pada para penumpang yang telah memesan tiket.
Kondisi Cuaca dan Tingkat Risiko Pelayaran
BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I SIM Banda Aceh melaporkan ketinggian gelombang di perairan Sabang-Banda Aceh mencapai 1,25 hingga 2,5 meter. Kecepatan angin tercatat mencapai 25 knot.
Kondisi ini dinilai membahayakan pelayaran kapal cepat. Namun, kapal feri tetap beroperasi normal karena konstruksi kapal yang lebih kuat dan tangguh.
Ambang Batas Keamanan Berlayar Berdasarkan Jenis Kapal
Tingkat risiko pelayaran bergantung pada jenis kapal dan kondisi cuaca. Perahu nelayan, misalnya, sudah dianggap berisiko jika kecepatan angin mencapai 15 knot dan tinggi gelombang 1,25 meter.
Kapal tongkang memiliki ambang batas yang sedikit lebih tinggi, yaitu kecepatan angin 16 knot dan tinggi gelombang 1,5 meter.
Kapal feri aman beroperasi hingga kecepatan angin 21 knot dan tinggi gelombang 2,5 meter. Sementara kapal besar baru dianggap berisiko jika kecepatan angin mencapai 27 knot dan tinggi gelombang mencapai empat meter.
Imbauan dan Antisipasi Kejadian Serupa
Husaini mengimbau kepada operator kapal dan calon penumpang untuk selalu waspada dan tidak memaksakan perjalanan ketika cuaca buruk.
PT SIM selaku operator Express Bahari dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Banda Aceh diminta untuk lebih memperhatikan informasi cuaca dan gelombang dari BMKG.
Penting untuk menunggu hingga kondisi cuaca membaik sebelum melanjutkan perjalanan. Keselamatan penumpang harus selalu menjadi prioritas utama.
Kejadian pembatalan trip kapal cepat ini menjadi pengingat akan pentingnya selalu waspada terhadap perubahan cuaca, khususnya bagi mereka yang bergantung pada transportasi laut. Pemantauan cuaca secara berkala dan kerja sama yang baik antara operator kapal, BMKG, dan pemerintah daerah sangatlah krusial untuk meminimalisir risiko dan memastikan keselamatan pelayaran.
Ke depannya, perlu dipertimbangkan peningkatan sistem peringatan dini dan penyediaan informasi cuaca yang lebih akurat dan mudah diakses oleh masyarakat. Hal ini akan membantu mengurangi dampak buruk cuaca buruk terhadap aktivitas ekonomi dan mobilitas warga Aceh.