Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengancam Jepang dengan kenaikan tarif impor. Ancaman ini muncul menjelang tenggat waktu negosiasi perdagangan pekan depan. Jika kesepakatan tidak tercapai, Trump berencana menaikkan tarif impor dari Jepang hingga 30 atau bahkan 35 persen.
Ancaman ini merupakan eskalasi dari kebijakan tarif tinggi yang diumumkan Trump pada “Hari Pembebasan”, 2 April 2025. Awalnya, tarif sebesar 24 persen dijatuhkan pada barang impor dari Jepang, seiring dengan penerapan bea masuk tinggi pada sejumlah negara mitra dagang AS.
Ancaman Kenaikan Tarif Impor: Strategi Negosiasi atau Eskalasi Konflik?
Setelah pengumuman awal, tarif tersebut diturunkan menjadi 10 persen untuk sebagian besar negara. Negara-negara tersebut diberi waktu 90 hari untuk bernegosiasi dengan Washington. Masa tenggat ini akan berakhir pada 9 Juli 2025, dan Trump menegaskan tidak akan memperpanjangnya.
Pernyataan tegas ini disampaikan Trump kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One pada Selasa, 1 Juli 2025. Ia menyatakan keraguannya akan tercapainya kesepakatan perdagangan dengan Jepang. “Kami telah berunding dengan Jepang. Saya tidak yakin kami akan membuat kesepakatan. Saya meragukannya,” ujar Trump.
Respon Pemerintah Jepang: Penolakan Komentar dan Penegasan Prioritas
Pemerintah Jepang, melalui Wakil Kepala Sekretaris Kabinet Kazuhiko Aoki, menolak berkomentar langsung atas pernyataan Trump. Aoki menyatakan dalam konferensi pers pada Rabu, 2 Juli 2025, bahwa Jepang tidak akan menanggapi setiap pernyataan pejabat pemerintah AS.
Sikap hati-hati ini dibarengi dengan penegasan Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi yang menekankan bahwa pemerintah Jepang tidak akan memberikan konsesi yang merugikan petani mereka. Hayashi secara tegas menyatakan, “Kami tidak akan mengorbankan sektor pertanian kami.”
Perselisihan Beras dan Ketegangan Perdagangan AS-Jepang
Ketegangan perdagangan antara AS dan Jepang tak lepas dari perselisihan mengenai impor beras. Trump sebelumnya mengkritik Jepang karena enggan mengimpor beras AS, meskipun Jepang mengalami kekurangan beras.
Melalui media sosial Truth Social, Trump menulis, “Untuk menunjukkan kepada orang-orang betapa manjanya Negara-negara terhadap Amerika Serikat, dan saya sangat menghormati Jepang, mereka tidak akan mengambil BERAS kita, namun mereka mengalami kekurangan beras yang sangat besar.” Hal ini menjadi salah satu faktor pemicu ancaman kenaikan tarif.
Saat ini, sebagian besar ekspor Jepang ke AS dikenai tarif 10 persen. Kendaraan dan suku cadangnya dikenai tarif 25 persen, sementara impor baja dan aluminium bahkan dikenai tarif hingga 50 persen. Trump sebelumnya menargetkan 90 kesepakatan perdagangan selama masa jeda tarif, namun hingga kini hanya Inggris yang mencapai kesepakatan dengan Washington.
Situasi ini menimbulkan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi di kedua negara. Ancaman kenaikan tarif impor hingga 35 persen bisa berdampak signifikan pada perdagangan bilateral dan hubungan AS-Jepang secara keseluruhan. Langkah selanjutnya yang diambil oleh kedua negara akan menentukan eskalasi atau de-eskalasi konflik perdagangan ini. Perkembangan ini patut dipantau mengingat potensi dampaknya terhadap ekonomi global.