Memutuskan hubungan dengan orang tua setelah dewasa bukanlah hal yang jarang terjadi. Berbagai faktor dapat menyebabkan hal ini, salah satunya adalah pola asuh yang diterapkan sejak kecil.
Studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 27 persen generasi muda, terutama dari keluarga imigran, telah memutus hubungan dengan orang tua mereka. Angka ini menunjukkan betapa meluasnya masalah keterasingan keluarga.
Memutus Hubungan: Bukan Hal yang Aneh
Catherine Nobile, seorang psikolog di New York, menyatakan bahwa memutus hubungan dengan orang tua bukanlah hal yang aneh bagi kaum muda dewasa.
Pengalaman masa kecil yang kurang menyenangkan, seperti trauma, miskomunikasi, atau dinamika keluarga yang tidak sehat, seringkali menjadi penyebab utama.
Perasaan terputus, frustasi, bahkan kebencian bisa muncul akibat pengalaman tersebut. Jika upaya perbaikan hubungan tidak membuahkan hasil, putus hubungan pun menjadi pilihan.
Perubahan Perspektif dan Konflik Generasi
Seiring bertambahnya usia dan kemandirian, anak-anak mengembangkan pandangan dunia mereka sendiri.
Perbedaan nilai dan konflik yang belum terselesaikan dapat menyebabkan perselisihan dengan orang tua.
Kaum muda dewasa cenderung lebih konfrontatif dalam menghadapi konflik, terutama jika ketegangan sudah berlangsung lama. Hal ini bisa mendorong mereka untuk menjauh.
Tanda-tanda Orang Tua Toksik
Orang tua toksik seringkali menjadi pemicu utama putusnya hubungan anak dengan orang tua.
Joel Frank, seorang psikolog, menjabarkan beberapa tanda orang tua toksik, antara lain:
- Manipulasi: Menggunakan rasa bersalah atau manipulasi untuk mengendalikan perilaku anak.
- Kritik terus-menerus: Sering meremehkan atau mengkritik anak secara berlebihan.
- Kurangnya empati: Gagal mengakui atau memvalidasi perasaan anak.
- Perilaku yang suka mengendalikan: Berusaha mengontrol keputusan anak secara berlebihan.
- Ketidaktersediaan emosional: Jarak emosional atau pola asuh yang tidak responsif.
- Gaslighting: Menyangkal atau mendistorsi realitas anak sehingga mempertanyakan pengalaman atau perasaan mereka.
- Favoritisme: Lebih menyukai satu anak daripada yang lain.
- Pelanggaran batasan: Berulang kali mengabaikan privasi atau batasan pribadi anak.
Ketidaksehatan mental orang tua juga dapat berkontribusi pada putusnya hubungan tersebut.
Perilaku-perilaku tersebut dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat dan traumatis bagi anak, menyebabkan mereka memutuskan untuk menjaga jarak.
Putusnya hubungan antara anak dan orang tua merupakan masalah kompleks dengan berbagai faktor penyebab. Memahami akar permasalahan, baik dari sisi anak maupun orang tua, sangat penting untuk mengatasi isu ini. Semoga informasi ini memberikan wawasan lebih dalam mengenai hal tersebut.