Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mencanangkan rencana besar untuk merevolusi sektor maritim Indonesia. Langkah ini difokuskan pada dekarbonisasi, dengan target utama mengurangi emisi karbon dan memodernisasi armada kapal yang telah menua.
Rencana ambisius ini diungkap AHY dalam sambutannya di Indonesia Maritime Week (IMW) 2025. Ia menyoroti permasalahan utama sektor maritim Indonesia: usia rata-rata armada kapal yang mencapai lebih dari 20 tahun.
Penghentian Bertahap Kapal Tua dan Adopsi Teknologi Ramah Lingkungan
AHY menegaskan perlunya penghentian bertahap operasional kapal-kapal tua yang beremisi tinggi. Kapal-kapal ini, yang sebagian besar merupakan kapal penangkap ikan dan kapal niaga, menjadi kontributor utama emisi karbon di sektor maritim.
Langkah ini merupakan bagian penting dari rencana pembangunan jangka panjang nasional untuk mencapai target pengurangan emisi. Pemerintah akan mendorong adopsi teknologi rendah karbon sebagai alternatif.
Selain itu, AHY juga menekankan pentingnya pengembangan pelabuhan ramah lingkungan. Pelabuhan-pelabuhan ini nantinya akan dilengkapi dengan stasiun pengisian daya untuk kapal listrik, fasilitas pengisian bahan bakar LNG, dan hidrogen.
Indonesia perlu belajar dari negara-negara ASEAN lainnya, bahkan Tiongkok, yang sudah lebih dulu menerapkan langkah-langkah serupa. Sektor maritim Indonesia tidak boleh tertinggal dalam perkembangan ini.
Prioritas Pengembangan Pelabuhan di Wilayah Timur Indonesia
Pemerintah telah menetapkan prioritas pengembangan pelabuhan di wilayah timur Indonesia, meliputi Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. Pengembangan ini bertujuan untuk menekan biaya logistik dan meningkatkan aksesibilitas.
Investasi besar-besaran di sektor ini penting bukan hanya untuk integrasi nasional, tetapi juga untuk membuka potensi ekonomi daerah. Pemerintah ingin memastikan tidak ada pulau yang tertinggal dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Restrukturisasi Pembiayaan Sektor Maritim untuk Mendukung Dekarbonisasi
Salah satu tantangan terbesar dalam mencapai target dekarbonisasi adalah pembiayaan. Saat ini, pembiayaan sektor maritim masih sangat bergantung pada pinjaman komersial umum yang berisiko tinggi.
Untuk mengatasi kendala ini, AHY telah merumuskan strategi restrukturisasi pembiayaan sektor maritim. Strategi ini meliputi tiga poin utama.
Tiga Strategi Utama Restrukturisasi Pembiayaan Sektor Maritim
- Pengembangan skema pembiayaan hijau dengan suku bunga yang lebih rendah untuk mendorong investasi dalam teknologi ramah lingkungan.
- Penerapan skema pembiayaan campuran yang melibatkan kemitraan publik-swasta untuk meringankan beban pembiayaan bagi pelaku usaha maritim.
- Pembangunan fasilitas investasi maritim khusus yang berpotensi didukung oleh dana pemerintah atau obligasi hijau untuk menyediakan akses yang lebih mudah dan terjangkau bagi pelaku usaha maritim.
Meskipun BUMN dan pihak swasta telah berkontribusi, AHY mengakui masih ada kesenjangan pembiayaan yang signifikan di sektor maritim. Restrukturisasi ini diharapkan dapat mengatasi kesenjangan tersebut dan mendorong percepatan dekarbonisasi.
Dengan rencana komprehensif ini, pemerintah optimistis dapat mempercepat transformasi sektor maritim Indonesia menjadi lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Hal ini akan menguntungkan baik dari segi ekonomi maupun lingkungan.
Keberhasilan program ini akan sangat bergantung pada kerja sama antar lembaga pemerintah, swasta, dan juga dukungan dari masyarakat. Langkah ini diharapkan dapat menjadi tonggak sejarah bagi perkembangan sektor maritim Indonesia yang lebih berkelanjutan.